Tampilkan postingan dengan label KISAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KISAH. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Februari 2012

kisah ibrohim


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibrahim
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini adalah bagian dari seri
Islam
Allah-eser-green.png
Mekkah · & · Madinah
Jabatan Fungsional
Lihat Pula
lihat  bicara  sunting
Untuk Nabi yang sama dari sudut pandang Agama Yahudi & Kristen, lihat Abraham.
Untuk Surah, lihat Surah Ibrahim.
Ibrahim (Bahasa Arab إبراهيم ) (sekitar 1997-1822 SM) merupakan nabi dalam agama Samawi. Ia mendapat gelar dari Allah dengan gelar Khalil Allah (Sahabat Allah). Selain itu ia bersama anaknya, Ismail terkenal sebagai pengasas Kaabah. Ia diangkat menjadi nabi sekitar pada tahun 1900 SM, diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di kota Ur, negeri yang disebut kini sebagai Iraq.

Daftar isi

[sunting] Etimologi

Dalam buku yang berjudul "Muhammad Sang Nabi" - Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail, karya Omar Hashem, dikatakan bahwa nama Ibrahim berasal dari dua suku kata, yaitu ib/ab (إب) dan rahim (راهيم). Jika disatukan maka nama itu memiliki arti "ayah yang pemurah."[1]

[sunting] Genealogi

Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra'uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A'ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Pada 2.295 SM. Kerajaan Babilon waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan yang absolut dan zalim, ia bernama Namrudz bin Kan'aan. Ibrahim dianggap sebagai salah satu nabi Ulul azmi. Kemudian ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang nabi, yaitu Ismail dan Ishaq. Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.

[sunting] Biografi

Karena Raja Namrud mendapat petanda bahwa seorang bayi akan dilahirkan disana dan bayi ini akan tumbuh dan merampas takhtanya. Antara sifat insan yang akan menentangnya ini ialah dia akan membawa agama yang mempercayai satu tuhan dan akan menjadi pemusnah batu berhala. Insan ini juga akan menjadi penyebab Raja Namrud mati dengan cara yang dahsyat. Oleh itu Raja Namrud telah mengarahkan semua bayi yang dilahirkan di tempat ini dibunuh, manakala golongan lelaki dan wanita pula telah dipisahkan selama setahun.
Walaupun berada dalam keadaan cemas, kehendak Allah tetap terjadi. Isteri Aazar telah mengandung namun tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Pada suatu hari dia terasa seperti telah tiba waktunya untuk melahirkan anak dan sedar sekiranya diketahui Raja Namrud yang zalim pasti dia serta anaknya akan dibunuh. Dalam ketakutan, ibu nabi Ibrahim telah bersembunyi dan melahirkan anaknya di dalam sebuah gua yang berhampiran. Selepas itu, dia memasuki batu-batu kecil dalam mulut bayinya itu dan meninggalkannya keseorangan. Seminggu kemudian, dia bersama suaminya telah pulang ke gua tersebut dan terkejut melihat nabi Ibrahim a.s masih hidup. Selama seminggu, bayi itu menghisap celah jarinya yang mengandungi susu dan makanan lain yang berkhasiat. Semasa berusia 15 bulan tubuh Nabi Ibrahim telah membesar dengan cepatnya seperti kanak-kanak berusia dua tahun. Maka kedua ibu bapaknya berani membawanya pulang kerumah mereka.

[sunting] Masa remaja

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?"

[sunting] Mencari Tuhan yang sebenarnya

Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.
Dalam alkitab (kitab kejadian) menceritakan tentang pencariannya dengan kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)". Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.

[sunting] Melihat tanda Kekuasaan Allah

Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada Allah: "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab permohonannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?." Nabi Ibrahim menjawab:"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung, lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda dan berjauhan. Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan hanya kata "Kun Fayakun", maka terjadilah apa yang Dikehendaki-Nya.

[sunting] Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar, ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala, ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Ia merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki namun seakan-akan tidak ada hubungan di antara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: "Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu di dalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata: "Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.

[sunting] Menghancurkan Berhala-berhala

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikonoklasme
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya kerana ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun memengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahawa apabila mereka sudah tidak berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebatilan kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan iaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapa-bapa dan nenek moyang mereka lakukan sejak turun-temurun dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi untuk berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang keras kepala dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahawa mereka tidak akan menyimpang daripada cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun telah Nabi Ibrahim menasihati mereka berkali-kali bahawa mereka dan bapa-bapa mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta.
"Inilah dia kesempatan yang ku nantikan." kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:"Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disajikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu." Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang di antara mrk:"Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:"Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau di antara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan. Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap Raja Namrudz yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud:"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:"Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Raja Namrudpun terdiam sejenak. Kemudian beliau berkata:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada Raja Namrud itu:"Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:"Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar setia kepadanya."

[sunting] Dibakar Hidup-hidup

Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mereka. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin. Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim diangkat ke atas sebuah gedung yang tinggi lalu dilemparkan ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:"Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Orang ramai tercengang dengan keajaiban ini dan mula mempersoalkan kepercayaan kepada Raja Namrud. Malah anak perempuan Raja Namrud sendiri iaitu Puteri Razia mula mempercayai agama yang dibawa oleh beliau. Lalu Puteri itupun mengaku di hadapan khalayak ramai bahawa tuhan nabi Ibrahim a.s. adalah tuhan yang sebenarnya. Ini telah menaikkan kemarahan beliau yang mengarahkan tenteranya untuk membunuh puterinya itu. Puteri itupun meluru ke arah api yang besar itu lalu berkata "Tuhan Nabi Ibrahim selamatkanlah aku". Puteri Razia pun turut terselamat dari terbakar dan dalam api yang membara itu kedengaran dia mengucap kalimah syahadah. Tindakan derhaka puterinya menjadikan hati Raja Namrud semakin membara. Sebaik sahaja puteri Razia keluar dari api tersebut beliau serta tenteranya telah mengejarnya kedalam hutan. Ini memberi peluang kepada Nabi Ibrahim serta adik tirinya Sarah, bapanya Azaar serta anak saudaranya Nabi Luth untuk melarikan diri. Raja Namrud dan tenteranya puas mencari Puteri Razia tetapi puteri itu telah hilang. Selepas sekian lama, merekapun pulang dan mendapati bahawa Nabi Ibrahim turut terlepas. Setelah peristiwa ini, Raja Namrud kian gelisah kerana rakyatnya mula hilang kepercayaan dengan kekuasaannya. Oleh itu, beliau berazam pula untuk membunuh Tuhan nabi Ibrahim.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.

[sunting] Para istri Ibrahim

Ketika Sarah ditawan Fir’aun untuk dijadikan selir, Allah memberikan pertolongan kepada Sarah sehingga Fir’aun merasa takut, dan gagal menjadikan Sarah sebagai selirnya. Karena gagal menjadikan Sarah sebagai selir, Fir’aun hendak menjadikan Sarah sebagai budak Hajar. Namun, pada akhirnya Hajar pun dihadiahkan kepada Ibrahim setelah sebelumnya Sarah diserahkan kepadanya. Menurut kitab Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir, Hajar adalah seorang putri bangsa Qibthi (Mesir).
Masih dalam buku berjudul Qishashul Anbiya, disebutkan bahwa istri Ibrahim yang terkenal hanya dua, sementara masih ada dua lainnya yang kurang terkenal. Daftar lengkapnya adalah:
Dari Qanthura binti Yaqthan lahir enam orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang keenam belum sempat diberi nama. Dari Hajun binti Amin lahir lima orang anak, yakni Kisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.[2]

[sunting] Catatan kaki

1.      ^ "Muhammad Sang Nabi" - Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail, karya Omar Hashem, Bab 1. Kondisi Geografis - Kafilah Nabi Ibrahim, Hal.9.

Selasa, 28 Juni 2011

legenda Merapi, Mataram dan Para Raja


legenda Merapi, Mataram dan Para Raja

Beberapa hari lalu,  Merapi kembali meletus dan menyemburkan awan panas, dan memakan korban lebih dari 300 jiwa. Menurut para geologis, ini adalah letusan terhebat setelah tahun 1880. Merapi yang terletak di perbatasan Yogya dan Magelang memang memiliki tanah yang subur, sehingga tak mengherankan jika beberapa kerajaan pernah berdiri di sana. Agar tak jenuh dengan berita bencana, saya ingin sedikit bercerita tentang Jogja.
Gunung Merapi memiliki hubungan spiritual yang sangat erat dengan warga Jogja dan sekitarnya. Berbagai cerita dan legenda tetap terpelihara hingga saat ini. Bahwa Jogya dijaga oleh para bangsa siluman dan mahluk halus lainnya.
Menurut perkiraan sejarah, dulu berdiri kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini sangat besar, makmur dan sejahtera. Beberapa bukti prasasti menceritakan Mataram Kuno. Pada salah satunya prasasti yang ditemukan, bercerita bahwa Sungai Bengawan Solo saat itu menjadi sarana transportasi utama. Airnya yang  jernih, bersih dan berarus deras dan dalam cocok jadi jalur transportasi dimana kapal-kapal dagang singgah mengangkut dan menurunkan dagangan dan penumpang. Kerajaan memungut pajak bagi para pemakai sungai Bengawan Solo sehingga Mataram Kuno menjadi kerajaan besar dan memiliki banyak peninggalan diantaranya Candi Prambanan, Dieang dan Gedong Songo di Dieng Jawa Tengah. Karena Mataram Kuno menganut dua agama, Candi Borobudur dan Mendut merupakan peninggalan Mataram Kuno dari Raja penganut agama Budha. Rakyat hidup damai dan sejahtera.
Namun Kerajaan Mataram Kuno akhirnya hancur lebur akibat letusan Gunung Merapi yang dahsyat hingga menghancurkan istana beserta seluruh tatanannya termasuk rakyat dan tewasnya sang raja dan kerabatnya.Hingga sekarang lokasi istana Mataram Hindu belum diketemukan, diperkirakan akibat tertimbun abu letusan gunung Merapi.
Lalu Mpu Sindok, menantu sang raja beserta istri dan para warga yang masih selamat melakukan eksodus besar-besaran ke Jawa timur dan mendirikan kerajaan baru, Medang Kamulan dengan Mpu Sindok sebagai rajanya. Mpu Sindok inilah pendiri dinasti Isyana, yang kelak menurunkan raja-raja besar di wilayah Jawa Timur, termasuk kerajaan Kediri, Daha, dan Singashari dan Majapahit.
Mataram kembali dibangun masa Islam berkembang pesat di Pulau Jawa oleh Raden Sutawijaya, yang merupakan anak angkat bupati Pajang  Raden Hadiwijaya alias Mas Karebet atau Joko Tingkir yang di waktu mudanya terkenal dengan legenda perkelahian melawan buaya. Konon, Ki Ageng Pemanahan yang rajin berpuasa dan tirakat mendapat wangsit agar ia meminum air kelapa bertuah yang akan membuat seluruh anak keturunannya kelak menjadi raja. Namun untung tak dapat diraih, ternyata sahabatnya, (kalau tidak salah) Ki Panjawi yaitu bapaknya Sutawijaya yang sedang kehausan telah meminum air kelapa tersebut sampai tandas. Maka mereka membuat perjanjian, jika kelak Sutawijaya jadi raja, maka anak keturunan Ki Ageng Pemanahan harus ikut hidup mulia.
Prabu Hadiwijaya sangat menyayangi Sutawijaya, seorang pemuda yang tampan, gagah, cerdas dan ahli ilmu beladiri. Pemuda inilah yang dulu berhasil  membunuh pemberontak Kerajaan Demak yang ingin menjadi Raja Demak, penguasa Kadipaten Jipang yang sakti mandraguna yaitu Raden  Arya Penangsang dengan tombak Kyai Plered. Raden Hadiwijaya, sang menantu penguasa Demak Sultan Trenggana  dianggap berhasil mengatasi kemelut di Kerajaan Demak dan kadipaten Pajang menjadi tanah merdeka, namun tetap sebagai sekutu Demak. Karena jasa Sutawijaya itu, Mas Karebet  menghadiahkan sebuah hutan sebagai tanah perdikan (bebas bayar pajak) agar dibuka sebagai pemukiman baru untuk meluaskan pengaruh wilayah Pajang.
istana-jogja
Sutawijaya beserta para pengikutnya dengan bersemangat membuka hutan dan membangunnya. Lama kelamaan, wilayah Sutawijaya berkembang sangat pesat, bahkan mengalahkan kebesaran Pajang. Akhirnya Sutawijaya diangkat menjadi Raja yang pertama dan wilayah tersebut dinamakan kerajaan Mataram, menggantikan Mataram Hindu yang telah hancur. Konon, saat kerajaan ini baru berdiri, Sutawijaya membuat perjanjian dengan penguasa laut Selatan Nyi Roro Kidul, bahwa Nyi Roro Kidul akan turut menjaga keselamatan kerajaan Mataram dari berbagai bahaya, dengan syarat siapapun Raja Mataram secara turun temurun harus menjadi suaminya. Sutawijaya menyetujui syarat ini. Bisa dilihat di Istana Tamansari Jogjakarta, ada lorong bawah tanah yang langsung berhubungan dengan laut Selatan. Disanalah Raja dan Nyi Roro Kidul bertemu.Tapi saya juga tidak tahu, apakah perjanjian itu masih berlaku hingga saat ini? Karena jaman mistik telah berubah jadi jaman modern, di mana para empu penguasa ilmu telah digantikan kedudukannya oleh Mbah Google. Kadang membayangkan, apa Nyi Roro kidul masih memakai kebaya atau sudah berganti memakai rok dan jumper atau kebaya modifikasi ala Anne Avantie? Kalau berani,  tanya kebenarannya pada Sang Sultan secara pribadi tapi kalau tidak berani, dan tak ada kesempatan, ya silahkan tanya pada Mas Ebiet eh,…pada rumput
yang bergoyang du…du…du…du…du
.istana-air-tamansari
Konon juga, Nyi Blorong adalah anak Nyi Roro Kidul dengan penguasa Gunung Merapi (sesama mahluk halus) sebelum Nyi Roro Kidul memutuskan menikah dengan Sutawijaya. Dulu Nyi Blorong gadis cantik dan  tidak bertubuh ular, kalau masih penasaran lain kali aku ceritakan ^_^ di tulisan yang lain hehe).
Semoga Merapi tak lagi meletus, apalagi sedahsyat masa kerajaan Mataram Kuno yang dianggap sebagai pralaya atau The end of the World alias kiamat. Karena baik para pengungsi maupun relawan pasti sudah mulai lelah jiwa dan raga. Ayo kita bantu dengan doa dan materi, karena mereka sangat membutuhkannya. Amin. Marilah kita merenungkan tindakan kita, mengurangi kesalahan dan menambah kebajikan. Karena hanya orang yang bodoh yang bisa melakukan kesalahan yang sama, walaupun banyak pejabat Indonesia yang begini, semoga kita bukan bagian dari itu, audzubillahimindzalik. Semoga Allah yang Maha Pengampun mengasihi kita semua. Amiin.

Nabiyullah Shalih Alaihis Salam


 Nabiyullah Shalih Alaihis Salam
Pengantar
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam melewati bekas perkampungan kaum Tsamud yang dibinasakan oleh Allah ketika mereka menyembelih unta. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam dan para sahabat berdiri di sumur yang dahulu didatangi oleh unta tersebut. Dan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyampaikan kepada mereka berita tentang tempat itu. Beliau mengetahuinya dengan pasti. Dari sanalah unta itu datang dan ia pun kembali dari jalan itu. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam memperingatkan mereka agar tidak berlaku seperti perilaku kaum Nabi Shalih. Mereka meminta ayat(mukjizat), lalu Allah mengeluarkan kepada mereka mukjizat besar, yaitu unta. Mereka mendustakan dan menyembelihnya, maka Allah membinasakan mereka dan menurunkan adzab dan balasan-Nya. 
Teks Hadis
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Jabir ia berkata, ketika Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam melewati Hijr, beliau bersabda, "Janganlah kalian meminta datangnya ayat-ayat(mukjizat). Kaum Shalih telah memintanya, maka ia (unta) datang dari jalan ini dan pergi dari jalan ini. Lalu mereka melanggar perkara Tuhan mereka dan menyembelihnya. Unta itu minum air mereka satu hari dan minum air susunya satu hari, lalu mereka meyembelihnya. Maka mereka ditimpa oleh suara yang keras. Allah membinasakan semua yang ada di kolong langit dari mereka, kecuali satu orang yang berada di Haram." Mereka bertanya, "Siapa dia, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Dia adalah Abu Righal. Ketika dia keluar dari Haram, dia tertimpa seperti yang menimpa kaumnya."
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, 3/296. Ibnu Katsir setelah menyebutkannya berkata, "Hadis ini di atas syarat Muslim, dan ia tidak tertulis di salah satu dari enam kitab(Kutubus Sittah)." (Al-Bidayah wan Nihayah,1/137).
Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Bazzar dan Thabrani dalam Ausath. Lafazhnya ada di dalam surat Hud. Dan Ahmad meriwayatkan Hadis senada. Rawi-rawi Ahmad adalah rawi-rawi Hadis shahih." (Majmauz Zawaid, 6/194).
Penjelasan Hadis
Allah Tabaraka wa Taala menceritakan kepada kita kisah Nabiyullah Shalih alaihi salam dengan kaumnya, Tsamud. Kisah ini berisi peristiwa dan kejadian yang jelas lagi terperinci. Kisah ini tidak disinggung di dalam Taurat, dan ahli kitab tidak mengetahui berita tentang Tsamud(kaum Nabi Shalih) dan 'Ad(kaum Nabi Hud). Padahal Al-Quran menyampaikan kepada kita bahwa Musa menyebutnya dua umat ini kepada kaumnya, "Dan Musa berkata, 'Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.' Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata, 'Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak Kami kepadaNya.'"(Ibrahim: 8-9).
Seorang mukmin dari keluarga Fir'aun berkata, "Dan orang yang beriman itu berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Ad, Tsamud." (Ghafir: 30-31).
Buku-buku sunnah memberitakan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam melewati kampung Tsamud yang bernama Hijr pada perjalanannya menuju perang Tabuk. Beliau singgah bersama para sahabat di perkampungan mereka. Para Sahabat mengambil air dari sumur-sumur di mana Tsamud mengambil air darinya. Dengan air itu mereka membuat adonan roti, sementara bejana telah disiapkan di atas api. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam memerintahkan agat bejananya ditumpahkan dan adonannya diberikan kepada unta. Kemudian beliau meneruskan perjalanan sampai di sumur di mana unta Shalih minum darinya. Dan beliau melarang para sahabat untuk masuk ke daerah suatu kaum yang diadzab kecuali dalam keadaan menangis. Beliau pun menjelaskan alasannya, "Aku khawatir kalian akan tertimpa oleh apa yang menimpa mereka." (Silakan merujuk hadis-hadis dalam tema ini di Shahih Bukhori 6/378 no 3378-3381. Shahih Muslim 4/2286 no. 2981).
Apabila manusia berada di suatu tempat di mana telah terjadi peristiwa besar, baik pada masa itu atau sebelumnya, maka perhatian mereka tertuju kepada peristiwa tersebut. Apabila ia seorang dai kepada Allah, maka dia bisa memanfaatkan peluang untuk mengingatkan manusia dengan apa yang telah menimpa orang-orang terdahulu, memperingatkan mereka agar tidak melakukan apa yang telah mereka lakukan dan tidak berjalan di atas jalan mereka.
Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Beliau menyampaikan kepada mereka tentang apa yang telah Allah sampaikan kepadanya. Beliau menunjukkan jalan di mana unta Shalih datang darinya menuju sumur, dan jalan di mana darinya unta itu meninggalkan sumur. Nabi juga memberitahu mereka bahwa unta Shalih berbagi air dengan kaum Shalih pada hari di mana ia mendatangi sumur dan minum darinya. Pada hari berikutnya ia tidak minum apa pun. "Ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air dan kamu mendapatkan giliran pula untuk mendapatkan ia pada hari tertentu." (Asy-Syuara: 155). "Dan berikan kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka dengan unta betina itu, tiap-tiap giliran minum dihadiri oleh yang punya hal giliran." (Al-Qamar: 28)
Di antara keunikan unta Shalih yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam adalah bahwa kaum Shalih memerah susunya dalam kadar sekehendak mereka. Maka air yang diminum oleh unta pada hari gilirannya tergantikan oleh susunya yang melimpah, dan mereka mendapatkannya tanpa lelah dan capek. Walaupun Tsamud telah mengambil keuntungan besar dari unta Shalih, tetapi mereka tetap merasa sempit dan membenci keberadaannya di antara mereka. Maka mereka menyembelihnya.
Al-Qur'an telah menyatakan bahwa pembunuh unta ini adalah orang tercelaka di kalangan Tsamud, "Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Shalih) berkata kepada mereka, 'Biarkanlah unta betina Allah dan minumannya'. Lalu mereka mendustakannya dan meyembelihnya."(Asy-Syams: 12-14). Rasulullah telah menjelaskan kepada kita tentang pembunuh unta itu di dalam salah satu Hadis, bahwa dia adalah laki-laki berkulit merah. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pernah bersabda kepada Ali dan Ammar, "Maukah kalian berdua aku beritahu siapa orang yang paling celaka dari dua orang laki-laki?" Kami menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Seorang laki-laki berkulit merah di kalangan Tsamud pembunuh unta dan orang yang memukulmu, ya Ali, di sini (ubun-ubunnya) hingga basah oleh darah yakni jenggotnya." (Diriwayatkan oleh Ahmad di Musnadnya 4/263).
Dalam hadis lain Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyatakan bahwa dia adalah pembesar kaumnya. Di dalam Shahihain, 'Ketika bangkit orang yang paling celaka', Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Bangkitlah seorang laki-laki yang kotor, busuk, perusak, mulia di antara kaumnya seperti Abu Zam'ah." (Shahih Bukhori 6/378, no.3377. Lihat ujung-ujungnya di 4942, 5204, 6042 Muslim 4/2191 no 2855).
Manakala mereka menyembelihnya, Shalih, Nabi mereka, menjanjikan siksa setelah tiga hari. Dia berkata kepada mereka, "Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shalih, 'Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.'" (Huud: 65).
Pada hari ketiga datangnya azab berupa suara yang menggelegar. "Jika mereka berpaling, maka katakanlah, 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud." (Al-Fushshilat: 13). "Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu. Maka mereka disambar petir, adzab yang menginakan lantaran apa yang telah mereka kerjakan." (Fushishilat:17)
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah memberitahukan kepada kita bahwa suara menggelar itu telah membinasakan semua yang ada di bumi dari kabilah itu, tanpa ada beda antara yang tinggal di daerahnya atau sedang bepergian ke daerah lain yang jauh. Tidak ada yang selamat kecuali seorang laki-laki dari kalangan mereka yang pada waktu itu sedang berada di Haram. Haram melindunginya dari adzab. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah menyebutkan namanya, orang itu dipanggil dengan nama Abu Righal. Akan tetapi, dia pun tertimpa apa yang menimpa kaumnya begitu dia keluar dari Haram.
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam memperingatkan para sahabat agar tidak meminta datangnya ayat-ayat (mukjizat) seperti kaumnya Nabi Shalih, karena ditakutkan mereka akan mendustakannya lalu mereka binasa seperti kaum Shalih.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
1.      Peringatan terhadap sikap memohon ayat-ayat(mukjizat). Orang-orang terdahulu telah memohon kepada rasul-rasul mereka. Permohonan mereka dikabulkan, tetapi mereka mendustakannya. Mereka dibinasakan karenanya.
2.      Berhati-hatilah terhadap adzab, murka dan siksa Allah lantaran telah mendustakan Rasul-Rasul dan Kitab-kitabNya.
3.      Unta betina pemberian Allah kepada Nabi Shalih adalah ayat yang besar. Bentuk tubuhnya besar. Penampilannya mengundang decak kagum. Ia memiliki cirri-ciri istimewa yang tidak dimiliki oleh unta selainnya.
4.      Anjuran berhenti sesaat di tempat-tempat yang pernah terjadi peristiwa-peristiwa besar, agar bisa mengambil pelajaran dan nasihat, sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam berhenti di sebuah sumur di perkampungan Tsamud. Allah telah memerintahkan di dalam kitab-Nya agar berjalan di muka bumi dan merenungkan akhir perjalanan orang-orang terdahulu dengan mengambil pelajaran dan peringatan dari mereka. "Katakanlah,'Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakannya itu."(Al-An'am:11).
"Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (Rasul-Rasul)." (Ali Imran: 137).
1.      Detailnya ilmu Nabi. Beliau menunjukkan jalan yang dilalui oleh unta itu untuk mendatangi sumur dan jalan yang dilalui ketika meninggalkannya. Hal ini bukan sesuatu yang aneh, karena dia diberitahu oleh Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
2.      Daerah Haram melindungi orang yang berlindung dengannya, melindungi Abu Righal dari adzab Allah. Manakala dia keluar darinya, dia pun tertimpa adzab seperti kaumnya.
3.      Lindungan Haram kepada Abu Righal menunjukkan bahwa hal ini telah ada sebelum Ibrahim. Nabiyullah Shalih dan kaumnya, Tsamud, adalah kaum sebelum Ibrahim alaihi salam. Shalih berasal dari bangsa Arab keturunan Nuh alaihi salam. Haramnya Makkah sebelum Ibrahim didukung oleh ucapan Ibrahim, "Ya Tuhan kami, sesunguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati." (Ibrahim:37)
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 44-50.