Tampilkan postingan dengan label nasehat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nasehat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 April 2011

Maksud Pembohong dalam Hadits

Maksud Pembohong dalam Hadits

ASSALAMU`ALAIKUM WR.WB
Langsung saja pada pertanyaannya, apakah makusd dari hadits
"Abu Hurairah Ra berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda " Cukuplah bagi orang itu disebut pembohong jika ia membicarakan dengan setiap apa yang ia dengar" ( HR. Muslim )"
Mohon penjelasannya. Terima kasih!
Near (masih belajar)
Jawaban
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Near yang dimuliakan Allah swt
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh berkata bahwa Rasulullah saw telah bersabda,”Cukuplah bagi orang itu disebut pembohong apabila dia membicarakan setiap yang dia dengar,” (HR. Muslim)
Imam Nawawi mengatakan sesungguhnya diantara kebiasaan adalah mendengarkan suatu kebenaran dan kebohongan dan apabila seseorang membicarakan setiap yang didengarnya maka sungguh ia adalah pendusta karena menginformasikan sesuatu yang belum terjadi. Dan kebohongan adalah menginfirmasikan tentang sesuatu yang bertentangan dengan yang sebenarnya dan tidak ada persyaratan didalamnya harus dengan sengaja.”
Dan dari al Mugiroh dari Syu’ah berkata,”Nabi saw bersabda,’Sesungguhnya Allah swt telah mengharamkan durhaka terhadap ibu, mengubur bayi perempuan (hidup-hidup), melarang dari meminta sesuatu yang bukan haknya’ dan beliau saw tidak menyukai kalian mengatakan ‘katanya, banyak bertanya dan menghambur-hamburkan harta.” (HR. Bukhori)
Ibnu Hajar menyebutkan pendapat al Muhib ath Thabari tentang makna dari “tidak menyukai kalian mengatakan,’katanya.” Bahwa makna hadits ini mengandung tiga hal :
1. Isyarat akan makruhnya banyak berbicara dikarenakan hal itu membawanya kepada kesalahan.
2. Maksudnya adalah menceritakan dan mencari-cari omongan-omongan orang untuk kemudian dia informasikan, seperti seorang yang mengatakan,”Si A telah mengatakan ini dan ada yang mengatakan dia mengatakan itu.” Larangan di sini bisa berupa teguran dari memperbanyak perbuatan itu atau bisa pula untuk sesuatu tertentu darinya, yaitu ketidaksukaan orang yang diceritakannya.
3. Adapun menceritakan perbedaan didalam permasalahan agama, seperti perkataan,”Si A telah berkata begini, si B telah berkata begitu.” dan yang menjadikannya makruh adalah memperbanyak hal itu. Karena tidaklah aman sesuatu yang terlalu banyak dari suatu kesalahan. Dan ini terhadap orang tertentu yang menginformasikan berita itu tanpa diteliti terlebih dahulu akan tetapi orang itu hanya bersikap taqlid (mengikuti) orang yang didengarnya tanpa adanya kehati-hatian, hal ini dipertegas dengan hadits,”Cukuplah seseorang disebut pembohong apabila menceritakan setiap yang didengarnya.” (HR. Muslim) – (www.islamOnline.net)
Dengan demikian diperlukan kehati-hatian didalam menyampaikan berita atau informasi dari setiap yang didengarnya kepada orang lain sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu akan kebenaran dari berita tersebut.
Informasi yang disampaikan sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu akan menjadikan informasi yang disampaikannya itu mengalami penambahan ataupun pengurangan dari apa yang sebenarnya dia dengar dari sumbernya, dan ini termasuk didalam kebohongan karena dia telah menyampaikan sesuatu yang berbeda dari hakekatnya.
Imam Nawawi mengatakan bahwa seyogyanya setiap orang yang sudah sampai usia taklif menjaga lisannya dari semua perkataan kecuali suatu perkataan yang tampak didalamnya kemaslahatan. Dan kapan saja berbicara sama maslahatnya dengan tidak berbicara maka disunnahkan untuk menahan dari membicarakannya karena hal itu bisa mengarahkan perkataan yang mubah menjadi haram atau makruh dan ini banyak terjadi..
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Muttafaq Alaih)
Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits ini secara tegas menyebutkan seyogyanya seseorang tidak berbicara kecuali apabila perkataannya itu adalah kebaikan, yaitu yang tampak didalamnya kemaslahatan dan kapan saja dia meragukan adanya kemaslahatan didalamnya maka hendaklah dia tidak berbicara. (Riyadhus Shalihin hal 445)
Wallahu A’lam

Ahlush shuffah

AHLUSH -SHUFFAH
Dr . Ikhsan Ilahi Dhahir menegaskan tentang keberadaan Ahlu Shuffah , menurutnya ,, Kelompok ini pada awal-awal kemunculannyha berjumlah empat ratus orang . Mereka tidak mempunyi tempat tinggal dan keluarga di Madinah . Mereka bertempat di Masjid Nabawi . Mereka tidak pergi kesawah ( ladang ) tidak punya hewan perah dan perdagangan . Mereka mencari kayu baker dan mennumbuk biji-bijian di siang hari . Pada malam hari mereka sibuk dengan beribadah dan mempelajari Al Qur’an . Rasululloh selalu memberikan bantuan kepada mereka dan menganjurkan kepada kaum muslimin agar membantu mereka . Nabi sendiri bahkan sering duduk dan makan bersama mereka . Tentang mereka , Alloh juga pernah berfirman :

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِم مِّن شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِم مِّن شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ ﴿٥٢﴾

“ Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan petang hari , sedangkan mereka keridhaan-Nya “

( Q.S . AL AN’AM : 53 )

Dalalm ayat lain Alloh juga berfirman senada :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

“ Dan bersabarlah kamu bersama -sama dengan orang –orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya “

( Q.S AL KAHFI : 28 )

Memulyakan dan Menjamu Tamu

Dan mereka mengutamakan (kawannya) melebihi diri mereka sendiri, walaupun mereka dalam kesusahan. (QS Al Hasyr-9)
Riwayat Ad Dailami dari Anas mengatakan, Rasulullah saw bersabda : Apabila ada tamu berkunjung kepada seseorang, maka kunjungan itu membawa rizki dan pulangnya membawa maghfirah (ampunan) atas dosa-dosa mereka.
Riwayat Abu syeikh dari Abu Qurshafah : Apabila Allah menghendaki seseorang menjadi baik, maka Allah menghadiahkan kepadanya berupa kedatangan tamu, yang mana kedatangannya membawa rizkinya dan kembali dengan membawa rizkinya pula dan Allah memberi ampunan kepada penghuni rumah itu.
Riwayat Ibnu Abi Ad Dunya dari Hibban bin Abi Jundah : bahwa shadaqah yang lebih cepat terangkat ke langit, yaitu seseorang yang menyediakan makanan yang bagus kemudian mengundang orang-orang di antara kawannya.
Riwayat Al Hakim dari At Turmudzi dari Aisyah ra : bahwa malaikat tidak henti-hentinya memohonkan rahmat kepada seseorang diantaramu, selama hidangan yang disediakannya masih tersedia.
Riwayat Al Hakim dari Abu Harairah : barangsiapa memberi makan kepada saudaranya yang muslim berupa makanan kesukaannya, maka Allah akan membebaskannya dari neraka.
Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah : Ada seorang lelaki datang menghadap Nabi Muhammad saw, katanya ; sesungguhnya aku ini orang yang sedang mengalami kesulitan. Maka beliau menyuruh orang itu supaya datang ke rumah salah seorang istrinya. Istri beliau (saw) berkata : Demi dzat yang mengutusmu dengan haq, sesungguhnya aku tidak mempunyai apa-apa kecuali air. Kemudian beliau (saw) mengirim orang itu supaya datang kepada salah seorang istrinya yang lain. Tetapi istri beliau yang lain inipun memberi jawaban yang serupa, hingga semua istri beliau yang dihubungi lelaki itu memberi jawaban yang serupa : Demi dzat yang mengutusmu dengan haq, aku tidak memiliki apa-apa selain air. Lalu Nabi saw, bertanya kepada mereka yang hadir : Siapa yang mau menjamu orang ini di malam ini ? salah seorang dari sahabat Anshar menjawab : Aku wahai Rasulullah, yang akan menjamunya. Kemudian leleki itu diajak ke rumahnya. Kata sahabat Anshar itu kepada istrinya : Muliakanlah tamu Rasulullah saw, ini.
Dalam suatu riwayat dijelaskan, ketika sahabat Anshar itu bertanya kepada istrinya : apa kamu masih mempunyai makanan ? Istrinya menjawab : Tidak, kecuali hanya sedikit, hanya cukup untuk satu anak. Sahabat Anshar itu berkata : Kalau begitu aturlah bagaimana sekiranya orang itu tidak mengetahui, ketika telah menghadapi makan malam. Apabila tamu itu telah masuk di ruang makan, maka matikanlah lampunya. Tunjukkanlah seakan-akan kita juga ikut makan. Kemudian sandiwara itupun telah diatur hingga matang. Hingga kketika tamu itu telah duduk menikmati makan malamnya seakan-akan sahabat Anshar tadi ikut menemani makan. Padahal semalaman itu suami istri ini tidak makan.
Tiba waktu pagi, sahabat Anshar tadi berkunjung menghadap Rasulullah saw, maka beliau bersabda : Sungguh Allah kagum menyaksikan sandiwaramu terhadap tamumu semalam. Kemudia turunlah ayat :
Dan mereka mengutamakan (kawannya) melebihi diri mereka sendiri, walaupun mereka dalam kesusahan. (QS Al Hasyr-9)
RENUNGAN
Nabi saw, bersabda :
Sesungguhnya di dalam surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya terlihat dari dalamnya dan bagian dalamnya terlihat dari luarnya. Allah menyiapkan bagi siapa yang berbicara lunak dan memberi makanan serta shalat di waktu malam ketika orang-orang sedang tidur.
Nabi saw, bersabda :
Janganlah kamu memaksakan diri untuk menghormati tamu sehingga kamu membencinya, karena siapa membenci tamu, maka iapun telah membenci Allah, dan siapa membenci Allah, maka Allah membencinya.
Jakfar bin Muhammad, berkata :
Apabila kelian duduk bersama saudara-saudaramu di hadapan hidangan, maka duduklah yang lama, karena ia adalah saat yang tidak dihitung dari umurmu

Jangan suka berdusta oleh Ustadz Pardiro as Slemany

Syekh Abdul Qodir Al Jailani memberikan sebuah petuah pada hari Jum'at pagi di madrosah pada tangal 7 jumadil Akhir 545 Hijrah , sebagai berikut :

" Jadilah engkau sabagai seorang yang suka berpikir, dan jangan suka berdusta . Engkau bilang , aku takut kepada Alloh sementara sebaenarnya engkau takut kepada selain Alloh. Jangan engkau takut kepada bangsa Jin, manusia atau penguasa . Jangan kamu takut kepada siksa di dunia atau siksa di akhirat. Akan tetapi takutlah kaliah kepada Dzat yang menyiksa dengan suatu siksaan . Seseorang yang berakal , tentu tak akan pernah takut terhahadap celaan seseorang yang mencela  . Dia pasti akan menulikan telinga dari pembikcaraan selain Alloh. Semua makhluk dalam pandangan hamba yang hanya takut kepada Alloh adal;ah identik dengan makhluk yang lemah , sakit dan miskin .

Ya Alloh , sesungguhnya kami memohon kedekatan kepada-Mu tanpa suatu bencana. Lunakkanlah hati kami dalam menyikapi eksekusi dan kepastian- Mu . Lindungilah kami  dari niat jelek orang -orang yang akan  berbuat jelek kepada kami dengan kelalimannya. Kami mohon kepada-Mu maaf dan keselamatan dalam beragama di dunia maupun diakhirat.

Seorang lelaki masuk kedalam rumah  Abu Yazid Al Bustami dengan tanpa permisi . Abu Yazid berkata , ' ada apa ? " Dia menjawab : " aku bermaksud mencari tempat yang bersih untuk melakukan sholat." Abu Yazid berkata kepada seorang lelaki itu ,  " Bersihkan hatimu dan sholatlah ditempat dimanapun engkau berada ."
Sesungguhnhya , tidak ada orang yang mengetahui riya' orang yang ikhlas . Riyau ' , Ujub , bangga diri , dan munafiq merupakan panah -panah setan yang akan dibidikkan kepada hati manusia . Belajarlah kepada seorang guru bagaimana jalan yang telah mereka tempuh untuk sampai kepada Al  Haq . Bertanyalah kepada mereka tentang bagaimana godaan nafsu , tentang godaan ego dan tabiat sebab mereka pernah merasakan  godaannya dan mengetahui tipu dayanya . Dengan begitu engkau akan dapat mengalahkan nafsu , ego dan tabiatmu.
Jangan kamu terpukul dengan panah-panah setan . Ingatlah bahwa setan  dalam bentuk jin tidak akan mampu menghadapimu kecuali dengan merubah wujud menjadi setan dalam bentuk manusia , dalam bentuk nafsu dan dalam bentuyk  teman yang buruk. Merataplah kepada Alloh dan mikkntalah pertolongan kepada-Nya untuk menghadapi musuh-musuh ini.
disarikan dari  Asrifin An Nakhrawie , S.Ag ; Syaikh Abdul Qodir Al Jailani , Perjalan hidup , Karomah & Ajaran Tasauf  ; Galaxy ; Surabaya .

Sabtu, 16 April 2011

Yang disebut adh dholalah

SUNNAH NABI

A. (SHOLAT DIMESJID )
TIDAK DIRUMAH
Menghidupkan sholat jama'ah
SHOHIH MUSLIM 1046

BAB : Muslim Yang seSungguhnya :
Jaga Semua Sholat, Mendatangi Panggilan Sholat
( Adzan), Sholat = Petunjuk Sunnah,
Sholat Dirumah = Meninggalkan Sunnah = لَضَلَلْتُم=Sesat,
Menuju Masjid Dengan Keadaan Suci = Ditulis Setiap Langkah Kebaikan , Diangkat Derajatnya , Dan Dihapus Dosnya.

1046- حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْنٍ عَنْ أَبِي الْعُمَيْسِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْأَقْمَرِ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلَاءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ
فَإِنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ وَمَا مِنْ رَجُلٍ يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَعْمِدُ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ هَذِهِ الْمَسَاجِدِ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا حَسَنَةً وَيَرْفَعُهُ بِهَا دَرَجَةً وَيَحُطُّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ

1046 . Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Al Fadl bin Dukain] dari [Abu Al Umais] dari [Ali bin Al Aqmar] dari [Abu Al Ahwash] dari [Abdullah], katanya; "Siapa berkehendak menjumpai Allah besok sebagai seorang muslim, hendaklah ia jaga semua shalat yang ada, dimanapun ia mendengar panggilan shalat itu, sesungguhnya Allah telah mensyare'atkan kepada nabi kalian sunnah-sunnah petunjuk, dan sesungguhnya semua shalat, diantara sunnah-sunnah petunjuk itu, kalau kalian shalat di rumah kalian sebagaimana seseorang yang tidak hadir di masjid, atau rumahnya, berarti telah kalian tinggalkan sunnah nabi kalian, sekiranya kalian tinggalkan sunnah nabi kalian, sungguh kalian akan sesat, tidaklah seseorang bersuci dengan baik, kemudian ia menuju salah satu masjid yang ada, melainkan Allah menulis kebaikan baginya dari setiap langkah kakinya, dan dengannya Allah mngngkat derajatnya, dan menghapus kesalahan karenanya, menurut pendapat kami, tidaklah seseorang ketinggalan dari shalat, melainkan dia seorang munafik yang jelas kemunafikannya (munafik tulen), sungguh dahulu seseorang dari kami harus dipapah diantara dua orang hingga diberdirikan si shaff (barisan) shalat yang ada."