Selasa, 28 Juni 2011

Kedokteran Barat: Sebuah Fakta Penyimpangan Sejarah




Kedokteran Barat: Sebuah Fakta Penyimpangan Sejarah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bangsa-bangsa barat sedikit banyak menjadi faktor utama penentu begitu majunya ilmu kedokteran di sana. Fakta yang sebaliknya kita temukan di bangsa-bangsa timur, yang notabene merupakan negara-negara yang basis penduduknya Islam, peradaban yang masih tertinggal menjadikan perkembangan ilmu kedokteran kalah bersaing dengan mereka. Namun, ada sebuah fakta sejarah yang patut kita cermati bahwa jauh sebelum pihak “barat” membanggakan penemuan-penemuan mereka dalam dunia kedokteran, umat Islam ternyata telah terlebih dahulu menggunakan dan mengembangkan ilmu-ilmu dasar kedokteran.Kemudian, karena sebuah keterputusan sejarah akibat peristiwa pendudukan Baghdad pada tahun 463 H, celah ini dimanfaatkan oleh pihak barat untuk mengklaim kepada masyarakat dunia bahwa sumber perkembangan ilmu kedokteran berawal dari barat. Inilah sebuah cela distorsi sejarah yang dibuat oleh bangsa-bangsa barat.
Dikotomisasi ilmu kedokteran
Sifat alamiah manusia untuk menyembuhkan penyakitnya sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Merupakan insting yang diberikan oleh Sang Pencipta alam semesta. Kemudian ilmu pengobatan terus berkembang seiring dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam perjalanannya, ilmu pengetahuan seakan-akan terbagi menjadi dua kutub yang berbeda antara pengobatan timur dan barat. Pihak “barat” mengklaim bahwa ilmu pengobatan berasal dari barat sebagaimana ditulis Steve Parker dalam bukunya “Ilmu Kedokteran”, sebagai berikut: “ banyak dari pengetahuan kedokteran barat yang berkembang bersama kebudayaan Mesir, Yunani, dan Romawi. Ketika kejayaan kekakisaran Romawi memudar, pengetahuan ini menghilang dari eropa dan berpindah ke Afrika Utara dan Timur tengah. Berkat terjemahannya dalam bahasa arab, terutama di pusat-pusat kebudayaan Islam seperti Baghdad, Kairo dan Kordoba pengetahuan kedokteran terselamatkan bahkan menjadi kian lengkap. Pada abad ke-12, para sarjana eropa mulai menerjemahkan kembali kitab-kitab tersebut dalam bahasa arab ke bahasa latin, dan pengetahuan kedokteran kuno pun kembali ke eropa.” Lebih dari itu, “barat” telah menuduh Islam membawa dampak buruk terhadap perkembangan ilmu kedokteran. Hal itu seperti telah diungkapkannya pula dalam buku “ilmu kedokteran”, sebagai berikut:” semasa ilmu kedokteran dibawah tradisi Islam, ilmu bedah agak diremehkan. Sejumlah pembedahan, mulai dari pengangkatan batu ginjal hingga operasi katarak pada mata hanya dilakukan oleh para asisten dokter bedah yang tidak berpendidikan khusus”.
Semula istilah-istilah kedokteran berasal dari bahsa arab, tapi akhirnya segala istilah arabnya disalin ke dalam bahasa latin. Pada masa cendekiawan bangsa eropa merindukan budaya yunani/romawi karena kejemuannya terhadap penguasa gereja yang jumud, banyak istilah dan lambing-lambang jahiliah yang diambil dari mitologi Yunani/Romawi seperti lambing dewa Aeskulapius berupa ular dan piala, ular dan tongkat, dan nama-nama dewa lainnya.
Akhirnya, paradigma ilmu kedokteran yang ditanamkan “barat” telah berpengaruh pada hal-hal yang bersifat moral, maupun hal yang bersifat teknis medis, yaitu teknis diagnosa dan terapi terhadap pasien.
Mereka telah memberikan batasan-batasan tentang ilmu pengobatan yang disebut ilmiah, sehingga metode pengobatan apa pun yang tidak sesuai dengan batasan tersebut disebut pengobatan alternatif. Hal ini merupakan sebuah pengekangan paradigma berpikir bahwa semua penemuan baru dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi harus mengikuti sistem tertutup yang dibuat oleh bangsa-bangsa barat.
Ilmu kedokteran di masa Islam
Sebenarnya Islam sudah mengajarkan kepada manusia tentang dasar-dasar ilmu pengobatan dan urgensi kesehatan bagi tubuh manusia sejak 14 abad yang lalu. Sejak zaman Nabi SHALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM masih hidup maupun ketika masa-masa kekhalifahan Islam. Sesungguhnya, diutusnya Nabi SHALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM untuk menjadi Rasul Allah SUBHAANAHU WA TA’ALA dibekali dengan syariah Islam yang terkandung nilai-nilai ath-thibb (kedokteran) yang murni dan tinggi. Beberapa ajaran dan tuntunan Rasulullah SHALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAMyang mengandung kajian dan nilai-nilai kedokteran, antara lain: cara bersuci yang diajarkan Rasulullah SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM; cara berwudlu; larangan kencing di kolam air yang tergenang; sunah untuk berkhitan, yaitu memotong kulup bagi laki-laki dan memotong sedikit kulup klitoris bagi perempuan, dan lainnya.
Adapun praktik kedokteran pada zaman Nabi SHALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM yang dilakukan oleh beliau adalah mengatur makan dan minum, shaum, minum madu, minum air putih, susu murni, kurma dan semacamnya. Nabi SHALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM pun berolahraga dan berobat, diantaranya berbekam. Pada masa beliau pun juga berkembang pengobatan ramuan, fashid, dan al-kayy bakar. Ahli al-kayy yang terkenal dari sahabat Nabi adalah Abi Thalhah. Al-imam al-Bukhariy adalah seorang ‘alim ahli hadist pertama yang menyusun kitab Ath-Thibb-un-Nabiy. Dalam kitab shahihnya terdapat lebih dari 80 hadist yang berkaitan dengan ilmu kedokteran. Sedang hadist-hadist mengenai kedokteran lainnya tersebar luas dalam kitab-kitab; shahih muslim, sunan abu dawud, at-tirmidziy, al-baihaqiy, ahmad, ad-dailami, dan yang lainnya.
Pada masa kekhalifahan, banyak dilakukan penerjemahan dan penyaduran kitab-kitab pengetahuan dari bahasa siryani, yunani, hindi, Persia dan bahasa lainnya. Berbagai metode kedokteran diberi sentuhan Islam, yaitu dengan diteliti kembali dan dibersihkan dari unsur-unsur obat yang haram dan metode kedokteran yang haram, seperti kedokteran Persia kuno yang berkembang dari Arianasapur; kedokteran hilaniah, yaitu percampuran kedokteran Persia, babilonia dan kedokteran yunani yang berpusat di Jundi Syahpur. Pada masa kekhalifahan ini pula berkembang metode kedokteran Nabi SHALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM(thibbun nabiy) yang sekarang banyak dikaji ulang oleh dokter-dokter muslim. Bahkan berbagai cabang ilmu kedokteran berkembang pesat, seperti ilmu bedah, kedokteran mata, anestesi, kedokteran gigi, khitan, bekam dan fashid, obstetric dan ginekologi, sampai terbangunnya fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan sekolah-sekolah tinggi kedokteran yang mendidik calon-calon dokter pada saat itu.
Tabib-tabib muslim yang terkenal dengan karya besarnya banyak bermunculan pada masa kekhalifahan ini, terutama mereka yang mendalami metode ilmu kedokteran hilaniah. Diantaranya adalah abu ali al Husain ibnu Abdillah Ibnu Sina(ibnu Sina), yang telah menghasilkan kitab-kitab kedokteran yang dipakai sebagai dasar ilmu kedokteran modern. Tercatat beberapa kitab besarnya: (1) al-qanun fi thibb, tentang obat, dosis obat, tasyrih tubuh (2) ar risalah berisikan filsafat kedokteran (3) arjuzah fi thibb. Bahkan, beliau telah menulis 270 jilid kitab dalam bahasa arab dan Persia. Tabib yang lainnya adalah ibnu Rusydi, dengan karyanya kitab Kulliyat fi Ath-Thibb yang terdiri atas 16 jilid; ibnul khatib, dengan kitab al – hawariy (yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin menjadi epidemie) dan masih banyak tabib lain dengan berbagai karyanya yang menjadi dasar pengembangan pengetahuan kedokteran modern saat ini.
Bukan saatnya pesimis
Berbagai fakta sejarah diatas seharusnya menjadikan generasi-generasi muslim saat ini lebih tergugah untuk mendepak jauh-jauh sikap pesimistis dan pikiran dekstruktif terhadap perkembangan kedokteran Islam. Banyak karya besar yang menjadi dasar pengembangan ilmu kedokteran modern saat ini seharusnya memberikan dorongan semangat untuk mengkaji dan meneliti lebih giat karena pendahulu-pendahulu umat Islam terlah dikaruniai Allah dengan berbagai kemampuan yang luar biasa dalam mengembangan setiap disiplin ilmunya, tak terkecuali ilmu kedokteran.
http://sutarmanisme.wordpress.com/2007/11/12/kedokteran-barat-sebuah-fakta-penyimpangan-sejarah/

Menguak Jejak Kedokteran Islam: Islam memberi kontribusi penting pada ilmu kedokteran







Obat Nabawi untuk Amandel, Tetanus, Sakit Pinggang

Rosululloh Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Berobatlah dengan Qisth Hindii, karena di dalamnya terdapat tujuh kesembuhan, dimasukkan melalui hidung untuk udzroh (amandel) dan dimasukkan melalui mulut untuk dzatul janbi. 1)
Ia bersabda : Sesungguhnya, pengobatan paling ideal yang kalian gunakan adalah bekam dan qusthul bahri. Beliau juga bersabda, Jangan menyiksa anak kalian dengan ghomz karena amandel, hendaklah kalian menggunakan qusthul bahri.2)
Pengertian Qisth Hindii atau Qusthul Bahri
Ia adalah tumbuhan dari famili jahe-jahean, yang digunakan adalah akarnya yang kering, rasanya pahit dan aromanya tajam.3)
Cara Pemakaian
Berbaring di atas punggung, kemudian diletakkan sesuatu di antara kedua pundaknya yang bisa mengangkat keduanya, supaya kepalanya bisa menengadah, lalu diteteskan ke hidungnya air atau minyak yang di dalamnya terdapat obat, supaya sampai di otaknya guna mengeluarkan penyakit yang ada di dalamnya melalui bersin.4)
Ada dua cara pemakaian Qusthul Bahri :
1.Metode sauth, yakni terapi dengan memasukkan obat melalui hidung (gurah hidung).
2.Metode ladud, yakni terapi dengan cara menuangkan obat melalui sisi mulut untuk kemudian ditelan oleh pasien.
Khasiat Qisth Hindii atau Qusthul Bahri dinyatakan oleh Nabi bahwa di dalamnya terdapat kesembuhan untuk tujuh penyakit, di antaranya :
1. Udzroh, yakni sakit di tenggorokan, yaitu peradangan pada dua kelenjar tonsil (amandel; tonsilitis).
2. Dzatul Janbi, yakni penyakit ini banyak jenisnya, ada yang berupa infeksi bakteri pada selaput dada (pleuritis), infeksi baksil TBC, dan ada pula dzatul janbi rotsawiyah (rheumatism).5) Para dokter menyebutkan bahwa qusthul bahri itu bermanfaat untuk melancarkan kencing dan darah haid, membunuh cacing di dalam usus, menghilangkan racun dan demam quartan, menghangatkan lambung, membangkitkan nafsu seks, dan menghilangkan flek darah6).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar