Cara Mendapatkan Ilmu Laduni dari Allah Menurut Al Qur’an dan Hadist
Bismillah….
Sebelum membaca artikel ini, mari luruskan dahulu yaqin kita kepada Allah….
Bahwa Makhluq ini tidak kuasa, tapi Allah yang maha kuasa!
Belajar (menuntut ilmu) diwajibkan untuk semua muslimin dan muslimat (hadits).
Tapi Hakikatnya ilmu dtang dari Allah bukan dari Belajar. Begitu pula rezeki datang bukan dari kerja kita.!
Kita Belajar karena perintah Allah dan Sunnah Nabi.
Jika Allah kehendaki, dengan belajar – Allah berikan ilmu
Jika Allah kehendaki, dengan belajar – tapi Allah tidak berikan ilmu
Jika Allah kehendaki, tanpa belajar pun – Allah berikan ilmu
Laailaha illallah
Belajar itu makhluq, Allah yang kuasa
Kata laduni dipetik dari ayat Allah yang berbunyi:
Bahwa Makhluq ini tidak kuasa, tapi Allah yang maha kuasa!
Belajar (menuntut ilmu) diwajibkan untuk semua muslimin dan muslimat (hadits).
Tapi Hakikatnya ilmu dtang dari Allah bukan dari Belajar. Begitu pula rezeki datang bukan dari kerja kita.!
Kita Belajar karena perintah Allah dan Sunnah Nabi.
Jika Allah kehendaki, dengan belajar – Allah berikan ilmu
Jika Allah kehendaki, dengan belajar – tapi Allah tidak berikan ilmu
Jika Allah kehendaki, tanpa belajar pun – Allah berikan ilmu
Laailaha illallah
Belajar itu makhluq, Allah yang kuasa
Kata laduni dipetik dari ayat Allah yang berbunyi:
“Dan kami telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir) dari sisi Kami suatu ilmu”. (Al Kahfi: 65)
ilmu laduni /ilmu mauhub merupakan salah satu ilmu yang harus dimilki oleh orang yang ingin menjadi ahli tafsir alqur’an. Disamping harus mengusai 14 cabang ilmu lainnya seperti ilmu lughah, nahwu, saraf, balaghah, isytiqoqo, ilmu alma’ani, badi’, bayan, fiqh, aqidah, asbabunuzul, nasikh mansukh, ilmu qiraat, ilmu hadits, usul fiqah ( hukum-hukum furu’) dan ilmu mauhub ( fadhilah alqur’an, syaikh maulana zakariyya).
Ilmu ini adalah karunia khusus dari Allah swt.
“man ‘amila bimaa ‘alima waratshullahu ‘ilma maa lam ya’lam”
Artinya : Nabi SAW bersabda :” BARANGSIAPA YANG MENGAMALKAN ILMU YANG IA KETAHUI MAKA ALLAH AKAN MEMBERIKAN KEPADANYA ILMU YANG BELUM IA KETAHUI”
Perkara ini telah dijelaskan oleh sayyidina ‘ali ra. saat beliau menjawab pertanyaan orang ramai, “apakah beliau telah mendapatkan ilmu khusus atau wasiat khusus dari Rasulullah saw. yang hanya diberikan kepada beliau dan tidak kepada orang lain?”
Hazrat ‘ali ra. menjawab :” Demi Tuhan yang telah menciptakan surga dan jiwa-jiwa, aku tidak pernah mendapat apa-apa selain daripada ilmu yang Allah berikan kepada seseorang untuk memahami alqur’an!”
ibnu abi dunya rah. berkata bahwa pengetahuan daripada Al-quran dan apa-apa yang didapati daripada alqu’an begitu luas daripada alqur’an. Seorang pentafsir harus mengetahui 15 cabang ilmu yg disebutkan diatas. Tafsiran orang yang tidak mahir dalam ilmu-ilmu ini adalah termasuk tafsiran bil-rakyi (tafsir menurut fikiran sendiri) yang hal ini DILARANG OLEH SYARA’. Para sahabat ra. mendapat ilmu bahasa arab secara tabii dan ilmu-ilmu lain mereka dapati langsung dari ilmu kenabian (nabi SAW).
Nabi SAW bersabda :” Barang siapa yang berfatwa dalam masalah agama, tanpa ada ilmu maka baginya laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya ” (HR. Imam suyuti).
Jadi Ilmu laduni = ilmu dari Allah asbab hasil amal…karena Allah telah tunjukan cara mendapatkannya pada kita.
ilmu laduni dan cara/jalan untuk mendapatkannya didalam ALQU’AN DAN HADITS :
1. TAKUT KEPADA ALLAH
kitab alhikam, syaikh ibnu athoillah alasykandary (kepala madrasah alazhar-asyarif abad 7 hijriah) menyebutkan nukilan ayat dari alqur’anulkarim :
“wataqullaha wayu’alimukumullah” (Qs. Al baqarah ayat 282)
artinya : “Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“ (Qs. Al baqarah ayat 282)
Sifat takut/tunduk/patuh hanya kepada Allah, sangatlah mulia. Bukan saja ilmu laduni yang Allah beri tapi Allah akan tundukan semua makhluq padanya bahkan para malaikatpun akan berkhidmad dan senantiasa membantunya (atas izin Allah), sebagai mana maksud dari haidts nabi SAW :
Nabi saw bersbda : “man khofa minallahi khofahu kulla syai waman khofa ghoirallah khofa min kulli syai”
artinya : “Barang siapa yang takutnya hanya kpd Allah maka Smua makhuq akan takut/tunduk padanya. Barangsiapa takut/tunduknya kpd selain Allah maka semua makhluq akan (menjadi asbab) ketakutan baginya “
Lihatlah kisah-kisah salafushalih kita, bagaimana pasukan dakwah sahabat berjalan diatas air melintasi sungai tigris irak, pasukan dakwah sahabat yang berjalan melintasi laut merah, mu’adz bin jabal ra shalat 2 rekaat maka gunung batu yang besar terbelah dua-membuka jalan untuknya, para sahabat terkemuka boleh mendengarkan dzikir benda-benda mati (roti dan mangkuk) .
Abu dzar alghifary ra. atas perintah khalifah umar ra., beliau ditugaskan utk memasukan kembali lahar gunung berapi yang sudah keluar dari kawahnya. maka atas izin Allah, lahar panas tsb masuk kembali ke kawah gunung tsb (hayatushabat).
Abdullah atthoyar ra. boleh terbang seprti malaikat yang punya sayap, maka ketika ditanya oleh rasulullah, apa yang menjadi asbab Allah berikan karomah tersebut, maka beliau menjawab ” saya pun tidak tahu, tapi mungkin karena aku dari sebelum saya masuk islam sampai sekarng pun saya tidak pernah minum khamr, …dst”.
2. MENGAMALKAN ILMU YANG DIKETAHUI
sebuah hadits shohih menyebutkan bahwa nabi muhammad saw bersabda :
“man ‘amila bimaa ‘alima waratshullahu ‘ilma maa lam ya’lam”
Artinya : Nabi SAW bersabda :” BARANGSIAPA YANG MENGAMALKAN ILMU YANG IA KETAHUI MAKA ALLAH AKAN MEMBERIKAN KEPADANYA ILMU YANG BELUM IA KETAHUI”
3. TIDAK MENCINTAI DUNIA
‘alammah suyuti rah. berkata :“kamu menganggap bahwa ilmu mauhub adalah diluar kemampuan manusia. Namun hakikatnya bukanlah demikian, bahkan cara untuk menghasilkan ilmu ini adalah dengan beberapa asbab. Melalui ini Allah swt. telah menjanjikan ilmu tersebut. Asbab-asbab itu adalah seperti : beramal dengan ilmu yang diketahui, tidak mencintai dunia dan lain-lain….”
Sebagaimana dalam sebuah hadits, bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya : “Barang siapa yang zuhud pada dunia (tidak cinta dunia), maka akan Allah berikan kepadanya ilmu tanpa Belajar” (Fadhilatushaqat).
4. Berdoa
Semua itu datang bagi Allah, maka Rasulullah mencontohkan kepada kita agar senantiasa berdoa agar diberikan ilmu dan hidayah dari Allah swt.
Untuk menumbuhkan rasa takut pada Allah dengan dzikir
Untuk menumbuhkan zuhud pada Allah dengan mujahadah
Sedangkan Doa akan diterima jika kita ikhlash…..
Untuk itu kita harus belajar dan dibimbing oleh guru-guru yang mursyid.
5. Berdakwah
Jika kita berdakwah (amr bil ma’ruf wa nahya ‘anil munkar) atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran maka Allah akan berikan kepada kita ‘ilm wa hilm (’ilmu dan kelembutan hati) langsung dari qudrat Allah swt.
Sebagaimana dalam hadits qudsi(kurang lebih maknanya) tatkala Allah menceritakan keutamaan umat akhir zaman kepada Nabi isa as., mereka memakai sarung pada perut-perut mereka, jika mereka berjalan di tanah rata mereka berdzikir “alhamdulillah”, ditanah yang menanjak mereka berdzikir “allhuakbar” ,jika berjalan ditanah yang menurun mereka berdzikir “subhanallah” dan mereka mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran (berdakwah) , sedangkan mereka bodoh (tidak punya banyak ilmu) dan kasar (tidak hilm)
maka Nabi isa as. bertanya : “Bagaimana mereka akan berdakwah padahal mereka tidak punya ‘ilm dan hilm(kelembutan hati)?
Maka Allah firmankan :”Aku sendiri yang akan memberikan kepada mereka ilm dan hilm” (Muntakhob ahadits)
ilmu laduniadalah karunia khusus/khas bagi hambanya, terlebih bagi mereka yang telah ma’rifat. Orang yang telah ma’rifat akan mendapatkan segala-galanya karena tidak ada keinginan dunia dalam hatinya.
Nabi SAW bersabda : “man wajadallah wajada kulla syai, man faqadallah faqada kulla syai”
artinya : Barang siapa kenal kepada Allah maka ia akan mendapatkan segala-galanya
Barang siapa yang kehilangan Allah (tidak kenal Allah) maka ia kehilangan segala-galanya.”
( Kumpulan Khutbah jum’at romo kyai).
Dalam kitab kimiyai saadat, bahwa ada tiga jenis manusia yang tiadak akan bisa memahami alqur’an :
- Pertama : Seorang yang tidak memahami bahasa arab
-Kedua : Orang yang berkekalan dengan dosa-dosa besar dan bid’ah. Ini karena dosa dan amalan bid’ah itu akan menghitamkan hatinya yg menyebabkan dia tidak mampu memahami alqur’an.
_ketiga : Orang yang yakin hanya terhadap makna-makna dhahir saja dalam hal-hal aqidah (mengambil makna dhohir dari ayat/hadits mutasyabihat, aqidahnya bermasalah: mu’tazillah, mujasimmah dsb). Perasaanya tidak dapat menerima apabila dia membaca ayat alqu’an yang bertentangan dengan keyakinannya itu. Orang yang demikian tidak akan bisa memahami alqur’an.
“Ya Allah Peliharalah kami daripada mereka!”
Ilmu Laduni, Antara Hakikat dan Khurafat
oleh ISLAMIC UNITED pada 11 Agustus 2010 pukul 10:36
Manusia dilahirkan di bumi ini dalam keadaan bodoh, tidak mengerti apa-apa. Lalu Allah Subhanahu waTa'ala mengajarkan kepadanya berbagai macam nama dan pengetahuan agar ia bersyukur dan mengabdikan dirinya kepada Allah Subhanahu waTa'ala dengan penuh kesadaran dan pengertian. Allah Subhanahu waTa'ala berfirman:, "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (an-Nahl: 78)
Pada hakikatnya, semua ilmu makhluk adalah "Ilmu Laduni" artinya ilmu yang berasal dari Allah Subhanahu waTa'ala. Para malaikatnya pun berkata, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami." (al-Baqarah: 32). Ilmu laduni dalam pengertian umum ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, ilmu yang didapat tanpa belajar (wahbiy ). Kedua, ilmu yang didapat karena belajar (kasbiy).
Pada hakikatnya, semua ilmu makhluk adalah "Ilmu Laduni" artinya ilmu yang berasal dari Allah Subhanahu waTa'ala. Para malaikatnya pun berkata, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami." (al-Baqarah: 32). Ilmu laduni dalam pengertian umum ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, ilmu yang didapat tanpa belajar (wahbiy ). Kedua, ilmu yang didapat karena belajar (kasbiy).
Bagian pertama (didapat tanpa belajar) terbagi menjadi dua macam:
1. Ilmu Syar'iat
yaitu ilmu tentang perintah dan larangan Allah Subhanahu waTa'ala yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui jalan wahyu (wahyu tasyri'), baik yang langsung dari Allah Subhanahu waTa'ala maupun yang menggunakan perantaraan malaikat Jibril 'alaihissalam. Jadi semua wahyu yang diterima oleh para nabi semenjak Nabi Adam 'alaihissalam hingga nabi kita Muhammadshallallahu 'alaihi wasallam adalah ilmu laduni termasuk yang diterima oleh Nabi Musa 'alaihissalam dari Nabi Khidlir 'alaihissalam. Allah Subhanahu waTa'ala berfirman tentang Khidhir 'alaihissalam, "Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (al-Kahfi: 65)
Di dalam hadits Imam al Bukhari, Nabi Khidlir 'alaihissalam berkata kepada Nabi Musa 'alaihissalam, "Sesungguhnya aku berada di atas sebuah ilmu dari ilmu Allah yang telah Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau (juga) berada di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadamu yang aku tidak mengetahuinya juga."
Ilmu syari'at ini sifatnya mutlak kebenarannya, wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap mukallaf (baligh dan mukallaf) sampai datang ajal kematiannya.
1. Ilmu Syar'iat
yaitu ilmu tentang perintah dan larangan Allah Subhanahu waTa'ala yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui jalan wahyu (wahyu tasyri'), baik yang langsung dari Allah Subhanahu waTa'ala maupun yang menggunakan perantaraan malaikat Jibril 'alaihissalam. Jadi semua wahyu yang diterima oleh para nabi semenjak Nabi Adam 'alaihissalam hingga nabi kita Muhammadshallallahu 'alaihi wasallam adalah ilmu laduni termasuk yang diterima oleh Nabi Musa 'alaihissalam dari Nabi Khidlir 'alaihissalam. Allah Subhanahu waTa'ala berfirman tentang Khidhir 'alaihissalam, "Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (al-Kahfi: 65)
Di dalam hadits Imam al Bukhari, Nabi Khidlir 'alaihissalam berkata kepada Nabi Musa 'alaihissalam, "Sesungguhnya aku berada di atas sebuah ilmu dari ilmu Allah yang telah Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau (juga) berada di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadamu yang aku tidak mengetahuinya juga."
Ilmu syari'at ini sifatnya mutlak kebenarannya, wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap mukallaf (baligh dan mukallaf) sampai datang ajal kematiannya.
2. Ilmu Ma'rifat (hakikat)
yaitu ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui jalan kasyf (wahyu ilham/terbukanya tabir ghaib) atau ru'ya (mimpi) yang diberikan oleh Allah Subhanahu waTa'ala kepada hamba-hambaNya yang mukmin dan shalih. Ilmu kasyf inilah yang dimaksud dan dikenal dengan julukan "ilmu laduni" di kalangan ahli tasawwuf. Sifat ilmu ini tidak boleh diyakini atau diamalkan manakala menyalahi ilmu syari'at yang sudah termaktub di dalam mushaf al-Qur'an maupun kitab-kitab hadits. Menyalahi di sini bisa berbentuk menentang, menambah atau mengurangi.
yaitu ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui jalan kasyf (wahyu ilham/terbukanya tabir ghaib) atau ru'ya (mimpi) yang diberikan oleh Allah Subhanahu waTa'ala kepada hamba-hambaNya yang mukmin dan shalih. Ilmu kasyf inilah yang dimaksud dan dikenal dengan julukan "ilmu laduni" di kalangan ahli tasawwuf. Sifat ilmu ini tidak boleh diyakini atau diamalkan manakala menyalahi ilmu syari'at yang sudah termaktub di dalam mushaf al-Qur'an maupun kitab-kitab hadits. Menyalahi di sini bisa berbentuk menentang, menambah atau mengurangi.
Bagian Kedua
Adapun bagian kedua yaitu ilmu Allah Subhanahu waTa'ala yang diberikan kepada semua makhluk-Nya melalui jalan kasb (usaha) seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, berfikir dan lain sebagainya.
Dari ketiga ilmu ini (syari'at, ma'rifat dan kasb) yang paling utama adalah ilmu yang bersumber dari wahyu yaitu ilmu syari'at, karena ia adalah guru. Ilmu kasyf dan ilmu kasb tidak dianggap apabila menyalahi syari'at. Inilah hakikat pengertian ilmu laduni di dalam Islam.
Adapun bagian kedua yaitu ilmu Allah Subhanahu waTa'ala yang diberikan kepada semua makhluk-Nya melalui jalan kasb (usaha) seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, berfikir dan lain sebagainya.
Dari ketiga ilmu ini (syari'at, ma'rifat dan kasb) yang paling utama adalah ilmu yang bersumber dari wahyu yaitu ilmu syari'at, karena ia adalah guru. Ilmu kasyf dan ilmu kasb tidak dianggap apabila menyalahi syari'at. Inilah hakikat pengertian ilmu laduni di dalam Islam.
Khurafat Shufi
Istilah "ilmu laduni" secara khusus tadi telah terkontaminasi (tercemari) oleh virus khurafat shufiyyah. Sekelompok shufi mengatakan bahwa:
- "Ilmu laduni" atau kasyf adalah ilmu yang khusus diberikan oleh Allah Subhanahu waTa'ala kepada para wali shufi. Kelompok selain mereka, lebih-lebih ahli hadits(sunnah), tidak bisa mendapatkannya.
- "Ilmu laduni" atau ilmu hakikat lebih utama daripada ilmu wahyu (syari'at). Mereka mendasarkan hal itu kepada kisah Nabi Khidlir 'alaihissalam dengan anggapan bahwa ilmu Nabi Musa 'alaihissalam adalah ilmu wahyu sedangkan ilmu Nabi Khidhir 'alaihissalam adalah ilmu kasyf (hakikat). Sampai-sampai Abu Yazid al-Busthami (261 H.) mengatakan, "Seorang yang alim itu bukanlah orang yang menghapal dari kitab, maka jika ia lupa apa yang ia hapal ia menjadi bodoh, akan tetapi seorang alim adalah orang yang mengambil ilmunya dari Tuhannya di waktu kapan saja ia suka tanpa hapalan dan tanpa belajar. Inilah ilmu Rabbany."
- Ilmu syari'at (Al-Qur'an dan As-Sunnah) itu merupakan hijab (penghalang) bagi seorang hamba untuk bisa sampai kepada Allah Subhanahu waTa'ala.
- Dengan ilmu laduni saja sudah cukup, tidak perlu lagi kepada ilmu wahyu, sehingga mereka menulis banyak kitab dengan metode kasyf, langsung didikte dan diajari langsung oleh Allah Subhanahu waTa'ala, yang wajib diyakini kebenarannya. Seperti Abdul Karim al-Jiliy mengarang kitab al-Insanul Kamil fi Ma'rifatil Awakhir wal Awail. Dan Ibnu Arabi (638 H) menulis kitab Al-Futuhatul Makkiyyah.
- Untuk menafsiri ayat atau untuk mengatakan derajat hadits tidak perlu melalui metode isnad (riwayat), namun cukup dengan kasyf sehingga terkenal ungkapan di kalangan mereka, "Hatiku memberitahu aku dari Tuhanku." Atau "Aku diberitahu oleh Tuhanku dari diri-Nya sendiri, langsung tanpa perantara apapun." Sehingga akibatnya banyak hadits palsu menurut ahli hadits, dishahihkan oleh ahli kasyf (tasawwuf) atau sebaliknya. Dari sini kita bisa mengetahui mengapa ahli hadits (sunnah) tidak pernah bertemu dengan ahli kasyf (tasawwuf).
Istilah "ilmu laduni" secara khusus tadi telah terkontaminasi (tercemari) oleh virus khurafat shufiyyah. Sekelompok shufi mengatakan bahwa:
- "Ilmu laduni" atau kasyf adalah ilmu yang khusus diberikan oleh Allah Subhanahu waTa'ala kepada para wali shufi. Kelompok selain mereka, lebih-lebih ahli hadits(sunnah), tidak bisa mendapatkannya.
- "Ilmu laduni" atau ilmu hakikat lebih utama daripada ilmu wahyu (syari'at). Mereka mendasarkan hal itu kepada kisah Nabi Khidlir 'alaihissalam dengan anggapan bahwa ilmu Nabi Musa 'alaihissalam adalah ilmu wahyu sedangkan ilmu Nabi Khidhir 'alaihissalam adalah ilmu kasyf (hakikat). Sampai-sampai Abu Yazid al-Busthami (261 H.) mengatakan, "Seorang yang alim itu bukanlah orang yang menghapal dari kitab, maka jika ia lupa apa yang ia hapal ia menjadi bodoh, akan tetapi seorang alim adalah orang yang mengambil ilmunya dari Tuhannya di waktu kapan saja ia suka tanpa hapalan dan tanpa belajar. Inilah ilmu Rabbany."
- Ilmu syari'at (Al-Qur'an dan As-Sunnah) itu merupakan hijab (penghalang) bagi seorang hamba untuk bisa sampai kepada Allah Subhanahu waTa'ala.
- Dengan ilmu laduni saja sudah cukup, tidak perlu lagi kepada ilmu wahyu, sehingga mereka menulis banyak kitab dengan metode kasyf, langsung didikte dan diajari langsung oleh Allah Subhanahu waTa'ala, yang wajib diyakini kebenarannya. Seperti Abdul Karim al-Jiliy mengarang kitab al-Insanul Kamil fi Ma'rifatil Awakhir wal Awail. Dan Ibnu Arabi (638 H) menulis kitab Al-Futuhatul Makkiyyah.
- Untuk menafsiri ayat atau untuk mengatakan derajat hadits tidak perlu melalui metode isnad (riwayat), namun cukup dengan kasyf sehingga terkenal ungkapan di kalangan mereka, "Hatiku memberitahu aku dari Tuhanku." Atau "Aku diberitahu oleh Tuhanku dari diri-Nya sendiri, langsung tanpa perantara apapun." Sehingga akibatnya banyak hadits palsu menurut ahli hadits, dishahihkan oleh ahli kasyf (tasawwuf) atau sebaliknya. Dari sini kita bisa mengetahui mengapa ahli hadits (sunnah) tidak pernah bertemu dengan ahli kasyf (tasawwuf).
Bantahan Singkat Terhadap Kesesatan di atas
- Kasyf atau ilham tidak hanya milik ahli tasawwuf. Setiap orang mukmin yang shalih berpotensi untuk dimuliakan oleh Allah Subhanahu waTa'ala dengan ilham. Abu Bakar radhiyallahu 'anhu diilhami oleh Allah Subhanahu waTa'ala bahwa anak yang sedang dikandung oleh isterinya (sebelum beliau wafat) adalah wanita. Dan ternyata ilham beliau (menurut sebuah riwayat berdasarkan mimpi) menjadi kenyataan. Ibnu Abdus Salam mengatakan bahwa ilham atau ilmu Ilahi itu termasuk sebagian balasan amal shalih yang diberikan Allah Subhanahu waTa'ala di dunia ini. Jadi tidak ada dalil pengkhususan dengan kelompok tertentu, bahkan dalilnya bersifat umum, seperti sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Barangsiapa mengamalkan ilmu yang ia ketahui, maka Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui." (al-Iraqy berkata: HR. Abu Nu'aim dalam al-Hilyah dari Anas radhiyallahu 'anhu, hadits dhaif).
- Yang benar menurut Ahlusunnah wal Jama'ah adalah Nabi khidir 'alaihissalam memiliki syari'at tersendiri sebagaimana Nabi Musa 'alaihissalam. Bahkan Ahlussunnah sepakat kalau Nabi Musa 'alaihissalam lebih utama daripada Nabi Khidhir 'alaihissalam karena Nabi Musa 'alaihissalam termasuk Ulul 'Azmi (lima Nabi yang memiliki keteguhan hati dan kesabaran yang tinggi, yaitu Nabi Nuh 'alaihissalam, Ibrahim 'alaihissalam, Musa 'alaihissalam, Isa 'alaihissalam dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam).
- Adapun pernyataan Abu Yazid, maka itu adalah suatu kesalahan yang nyata karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hanya mewariskan ilmu syari'at (ilmu wahyu), al-Qur'an dan as-Sunnah. Nabi mengatakan bahwa para ulama yang memahami al-Kitab dan as-Sunnah itulah pewarisnya, sedangkan anggapan ada orang selain Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang mengambil ilmu langsung dari Allah Subhanahu waTa'ala kapan saja ia suka, maka ini adalah khurafat sufiyyah.
- Anggapan bahwa ilmu syari'at itu hijab adalah sebuah kekufuran, sebuah tipu daya syetan untuk merusak Islam. Karena itu, tasawwuf adalah gudangnya kegelapan dan kesesatan. Sungguh sebuah sukses besar bagi iblis dalam memalingkan mereka dari cahaya Islam.
- Anggapan bahwa dengan "ilmu laduni' sudah cukup adalah kebodohan dan kekufuran. Seluruh ulama Ahlussunnah termasuk Syekh Abdul Qodir al-Jailani mengatakan, "Setiap hakikat yang tidak disaksikan (disahkan) oleh syari'at adalah zindiq (sesat)."
- Inilah penyebab lain bagi kesesatan tasawwuf. Banyak sekali kesyirikan dan kebid'ahan dalam tasawwuf yang didasarkan kepada hadits-hadits palsu. Dan ini pula yang menyebabkan orang-orang sufi dengan mudah dapat mendatangkan dalil dalam setiap masalah karena mereka menggunakan metode tafsir bathin dan metode kasyf dalam menilai hadits, dua metode bid'ah yang menyesatkan.
Tiada kebenaran kecuali apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda, "Wahai manusia belajarlah, sesungguhnya ilmu itu hanya dengan belajar dan fiqh (faham agama) itu hanya dengan bertafaqquh (belajar ilmu agama/ilmu fiqh). Dan barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka ia akan difaqihkan (difahamkan) dalam agama ini." (HR. Ibnu Abi Ashim, Thabrani, al-Bazzar dan Abu Nu'aim, hadits hasan). (Abu Hamzah As-Sanuwi).
- Kasyf atau ilham tidak hanya milik ahli tasawwuf. Setiap orang mukmin yang shalih berpotensi untuk dimuliakan oleh Allah Subhanahu waTa'ala dengan ilham. Abu Bakar radhiyallahu 'anhu diilhami oleh Allah Subhanahu waTa'ala bahwa anak yang sedang dikandung oleh isterinya (sebelum beliau wafat) adalah wanita. Dan ternyata ilham beliau (menurut sebuah riwayat berdasarkan mimpi) menjadi kenyataan. Ibnu Abdus Salam mengatakan bahwa ilham atau ilmu Ilahi itu termasuk sebagian balasan amal shalih yang diberikan Allah Subhanahu waTa'ala di dunia ini. Jadi tidak ada dalil pengkhususan dengan kelompok tertentu, bahkan dalilnya bersifat umum, seperti sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Barangsiapa mengamalkan ilmu yang ia ketahui, maka Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui." (al-Iraqy berkata: HR. Abu Nu'aim dalam al-Hilyah dari Anas radhiyallahu 'anhu, hadits dhaif).
- Yang benar menurut Ahlusunnah wal Jama'ah adalah Nabi khidir 'alaihissalam memiliki syari'at tersendiri sebagaimana Nabi Musa 'alaihissalam. Bahkan Ahlussunnah sepakat kalau Nabi Musa 'alaihissalam lebih utama daripada Nabi Khidhir 'alaihissalam karena Nabi Musa 'alaihissalam termasuk Ulul 'Azmi (lima Nabi yang memiliki keteguhan hati dan kesabaran yang tinggi, yaitu Nabi Nuh 'alaihissalam, Ibrahim 'alaihissalam, Musa 'alaihissalam, Isa 'alaihissalam dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam).
- Adapun pernyataan Abu Yazid, maka itu adalah suatu kesalahan yang nyata karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hanya mewariskan ilmu syari'at (ilmu wahyu), al-Qur'an dan as-Sunnah. Nabi mengatakan bahwa para ulama yang memahami al-Kitab dan as-Sunnah itulah pewarisnya, sedangkan anggapan ada orang selain Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang mengambil ilmu langsung dari Allah Subhanahu waTa'ala kapan saja ia suka, maka ini adalah khurafat sufiyyah.
- Anggapan bahwa ilmu syari'at itu hijab adalah sebuah kekufuran, sebuah tipu daya syetan untuk merusak Islam. Karena itu, tasawwuf adalah gudangnya kegelapan dan kesesatan. Sungguh sebuah sukses besar bagi iblis dalam memalingkan mereka dari cahaya Islam.
- Anggapan bahwa dengan "ilmu laduni' sudah cukup adalah kebodohan dan kekufuran. Seluruh ulama Ahlussunnah termasuk Syekh Abdul Qodir al-Jailani mengatakan, "Setiap hakikat yang tidak disaksikan (disahkan) oleh syari'at adalah zindiq (sesat)."
- Inilah penyebab lain bagi kesesatan tasawwuf. Banyak sekali kesyirikan dan kebid'ahan dalam tasawwuf yang didasarkan kepada hadits-hadits palsu. Dan ini pula yang menyebabkan orang-orang sufi dengan mudah dapat mendatangkan dalil dalam setiap masalah karena mereka menggunakan metode tafsir bathin dan metode kasyf dalam menilai hadits, dua metode bid'ah yang menyesatkan.
Tiada kebenaran kecuali apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda, "Wahai manusia belajarlah, sesungguhnya ilmu itu hanya dengan belajar dan fiqh (faham agama) itu hanya dengan bertafaqquh (belajar ilmu agama/ilmu fiqh). Dan barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka ia akan difaqihkan (difahamkan) dalam agama ini." (HR. Ibnu Abi Ashim, Thabrani, al-Bazzar dan Abu Nu'aim, hadits hasan). (Abu Hamzah As-Sanuwi).
Maraji:
o al-Fathur Rabbaniy, Abdul Qadir al-Jailani (hal. 159, 143, 232).
o al-Fatawa al-Haditsiyah, al-Haitamiy (hal. 128, 285, 311).
o Ihya 'Ulumuddin, al-Ghazali (jilid 3/22-23) dan (jilid 1/71).
o at-Tasawwuf, Muhammad Fihr Shaqfah (hal. 26, 125, 186, 227).
o Fathul Bariy, Ibnu Hajar al-Asqalaniy (I/141, 167).
o Fiqhut Tasawwuf, Ibnu Taimiah (218).
o Mawaqif Ahlusunnah, Utsman Ali Hasan (60, 76).
o al-Hawi, Suyuthiy (2/197).
o al-Fathur Rabbaniy, Abdul Qadir al-Jailani (hal. 159, 143, 232).
o al-Fatawa al-Haditsiyah, al-Haitamiy (hal. 128, 285, 311).
o Ihya 'Ulumuddin, al-Ghazali (jilid 3/22-23) dan (jilid 1/71).
o at-Tasawwuf, Muhammad Fihr Shaqfah (hal. 26, 125, 186, 227).
o Fathul Bariy, Ibnu Hajar al-Asqalaniy (I/141, 167).
o Fiqhut Tasawwuf, Ibnu Taimiah (218).
o Mawaqif Ahlusunnah, Utsman Ali Hasan (60, 76).
o al-Hawi, Suyuthiy (2/197).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar