Minggu, 02 Maret 2014

hadits tentang kesialan


Hadits tentang “Kesialan”
Posted on May 24, 2011 in Aqidah dan Manhaj, Hadits | Comments0 comments
Hadits tentang “Kesialan”
Kata orang, kita sekarang sudah berada di zaman modern dan era globalisasi. Namun, entah kenapa, khurofat-khurofat jahiliah masih saja diadopsi oleh sebagian kaum muslimin sekarang, walaupun mereka sudah menyandang pendidikan tinggi. Di antara khurofat tersebut adalah perbuatan tathoyyur yaitu merasa sial dengan burung atau lainnya. Dalam Islam, khurofat seperti itu diberantas dan sebaliknya kita diperintahkan untuk hanya bertawakkal kepada Alloh dalam segala urusan.
Ada suatu masalah penting di sini yang permasalahannya perlu kami dudukkan dengan benar, yaitu adanya beberapa hadits yang sekilas saling bertentangan. Dalam banyak hadits, khurofat tersebut ditiadakan bahkan dimasukkan kategori kesyirikan. Namun, di sisi lain ada beberapa hadits yang sekilas mengisyaratkan adanya beberapa makhluk yang membawa sial. Bagaimana permasalahannya?! Dan bagaimana komentar ulama mengenainya?! Marilah kita kaji bersama masalah ini secara ilmiah.
Teks Hadits
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الشُّؤْمُ فِى الدَّارِ وَالْمَرْأَةِ وَالْفَرَسِ ».
Dari Abdulloh bin Umar berkata: “Saya mendengar Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Kesialan itu dalam tiga perkara: kuda, wanita, dan rumah.’”[1]
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنْ كَانَ الشُّؤْم فَفِى الْمَرْأَةِ وَالْفَرَسِ وَالْمَسْكَنِ ».
Dari Sahl bin Sa’ad  bahwasanya Rosululloh shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya kesialan itu ada, maka pada wanita, kuda, dan tempat tinggal.”[2]
Bila kita cermati dua hadits di atas, akan kita dapati dua lafazh yang berbeda, pada hadits pertama dengan lafazh tegas dan pada hadits kedua dengan lafazh syarat (seandainya ada).
Sekilas Bertentangan
Sekilas pandang, seakan-akan terjadi kontradiksi antara hadits di atas dengan dalil-dalil dan hadits-hadits yang banyak sekali tentang larangan merasa sial, di antaranya yang paling tegas adalah hadits Abdulloh bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
“Thiyaroh (merasa sial) adalah termasuk kesyirikan.”[3]
Hadits ini dengan tegas menyatakan bahwa thiyaroh (tathoyyur) adalah termasuk kesyirikan.
Bagaimana Cara Memadukannya?
Para ulama telah berusaha untuk memadukan antara kedua hadits di atas dan mereka menegaskan bahwa di sana ada perbedaan antara kesialan dengan tiga hal (yaitu: wanita, rumah, dan kendaraan) di atas dengan thiyaroh yang syirik. Namun, metode mereka dalam memadukannya beragam, di antaranya[4]:
Pertama: Sebagian mereka mengatakan bahwa pada asalnya merasa sial itu tidak boleh, tetapi khusus dengan tiga hal di atas maka boleh.[5]
Kedua: Sebagian ulama mengatakan bahwa bolehnya merasa sial dengan tiga hal di atas adalah mansukh (terhapus) dengan hadits-hadits larangan.[6]
Ketiga: Melemahkan dan mengingkari hadits-hadits yang menyatakan kesialan pada tiga hal di atas atau mengingkari ketegasan lafazh tersebut, yang benar menurut mereka adalah dengan lafazh: “Kalau memang ada kesialan pada sesuatu, maka tiga perkara.”[7]
Pendapat yang kuat adalah yang merinci bahwa kesialan itu ada dua macam:
  1. Kesialan yang haram, seperti keyakinan orang-orang jahiliah yaitu pada hal-hal tertentu yang dianggap membawa sial bahwa hal itu berpengaruh pada keadaan dan merupakan faktor kebaikan dan keburukan, sehingga menghalangi mereka dari keinginan dan tekad mereka. Imam Nawawi v\ berkata tatkala menjelaskan segi kesyirikan thiyaroh: “Sebab mereka berkeyakinan benda tersebut berpengaruh untuk maju mundurnya suatu keinginan.”[8]
  2. Kesialan yang ditetapkan dalam hadits, yaitu apa yang dijumpai pada hati seorang kebencian pada hal-hal tertentu ketika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan padanya. Di antara ciri-cirinya:
  3. Kesialan ini tidak muncul kecuali setelah terjadinya kemadhorotan yang berulang-ulang. Seandainya seorang merasa terkena madhorot dari sesuatu, maka boleh baginya untuk meninggalkannya.
  4. Kesialan ini muncul karena adanya sifat yang tercela, berbeda dengan kesialan terlarang yang biasanya muncul karena sebab yang tidak jelas, seperti membatalkan rencana bepergian gara-gara melihat seekor burung.
  5. Dampak dari kesialan ini adalah meninggalkan, dengan tetap berkeyakinan bahwa hanya Alloh saja yang menciptakan dan mengatur kebaikan dan keburukan. Kesialannya bukan karena zat benda tersebut memiliki pengaruh, melainkan karena apa yang Alloh takdirkan pada benda tersebut berupa kebaikan dan kejelekan. Hal ini diperkuat oleh hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang berkata kepada Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rosululloh, dahulu kami berada di rumah dan jumlah kami serta harta kami banyak, tatkala kami pindah rumah lain, jumlah kami dan harta kami menjadi sedikit.” Lalu Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tinggalkan rumah tersebut.”[9]
Dalam hadits ini, Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada orang tersebut pindah rumah tatkala beliau mendapati kebencian mereka, adanya madhorot yang menimpa mereka serta berulangnya hal itu pada mereka. Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk pindah agar hilang perasaan benci dalam hati mereka, bukan karena zat rumah itu memiliki pengaruh.[10]
Demikianlah perincian para ulama dalam masalah ini, sehingga dengan demikian hilanglah anggapan tentang adanya kontradiksi pada hadits-hadits Rosululloh shallalllahu ‘alaihi wa sallam.[11]
Beberapa Masalah Tentang Hadits
Untuk melengkapi pembahasan hadits ini, kami akan sedikit menambahkan beberapa pembahasan seputar hadits ini secara ringkas[12].
1.  Definisi tathoyyur
Tathoyyur (thiyaroh) adalah merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu seperti keyakinan orang jahiliah dahulu apabila melihat burung terbang ke arah kanan maka pertanda baik dan bila terbang ke kiri maka pertanda keburukan.
Perlu diketahui bahwa khurofat ini sampai sekarang masih bercokol di sebagian masyarakat. Sebagai contoh, sebagian masyarakat masih meyakini bila ada burung gagak melintas di atas maka itu pertanda akan ada orang mati, bila burung hantu berbunyi pertanda ada pencuri, bila mau beergian lalu di jalan dia menemui ular menyeberang maka pertanda kesialan sehingga perjalanan harus diurungkan.
Demikian pula ada yang merasa sial dengan bulan Muharrom (Suro: Jawa), hari Jum’at Kliwon, ada juga yang merasa sial dengan angka seperti angka 13 dan sebagainya.[13]
2.  Hukum thiyaroh
Thiyaroh hukumnya adalah haram dan termasuk kesyirikan yang menodai tauhid seseorang, karena dua hal:
Pertama: Seorang yang merasa sial berarti telah menghilangkan tawakkalnya kepada Alloh dan dia malah berpedoman pada selain Alloh.
Kedua: Seorang yang merasa sial berarti bergantung pada perkara yang tidak ada hakikatnya padahal hanya khayalan belaka, sehingga semua ini dapat menodai tauhid seorang hamba.
Orang yang merasa sial tidak lepas dari dua keadaan:
Pertama: Dia meninggalkan keinginannya karena mengikuti keyakinan sialnya. Ini adalah bentuk kesialan yang paling berbahaya bagi aqidah seorang.
Kedua: Dia melanjutkan keinginannya, namun dengan perasaan takut dan gundah dalam hatinya. Ini juga berbahaya bagi tauhid seorang sekalipun lebih ringan dari yang sebelumnya.
Maka hendaknya bagi seseorang untuk melanjutkan keinginannya dengan lapang dada dan tawakkal yang kuat kepada Alloh tanpa melirik pada kesialan karena hal itu berarti buruk sangka kepada Alloh. Bahkan merasa sial juga bisa sampai kepada derajat syirik besar yang mengelurkan seorang dari Islam yaitu apabila dia menyakini bahwa benda yang dia anggap pembawa sial tadi memiliki pengaruh secara dzatnya, karena dengan demikian berarti dia menjadikan tandingan bagi Alloh dalam masalah penciptaan dan pengaturan.[14]
3.  Hukum meninggalkan tiga hal (rumah, istri, kendaraan)
Maksudnya kalau seandainya seorang terkena cobaan pada tiga hal tersebut terus-menerus sehingga dia merasa keberatan dan merasakan kebencian terhadapnya, bolehkah untuk meninggalkannya?! Jawabannya adalah boleh dan ini tidak termasuk kesialan yang dilarang. Imam al-Baghowi rahimahullah mengomentari hadits pembahasan: “Ini adalah petunjuk Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam bagi yang memiliki rumah, istri, atau kuda yang tidak menyenangkannya agar dia berpisah darinya. Kalau rumah maka dengan pindah darinya, kalau istri maka dengan menceraikannya, kalau kuda (kendaraan) maka dengan menjualnya. Dan semua ini tidaklah termasuk thiyaroh yang terlarang.”[15]
4.  Tanda-tanda kesialan pada tiga hal dan faktor pengkhususannya
Para ulama menyebutkan bahwa tanda kesialan pada rumah yaitu sempitnya, tetangga yang jelek, sering kena musibah (pencurian, misalnya), jauhnya dari masjid sehingga tak mendengar adzan, dan sebagainya. Tanda kesialan istri yaitu dengan kemandulannya, jelek akhlaknya, selingkuh, dan sebagainya. Adapun tanda kesialan pada kuda adalah sulit ditumpangi, lambat jalannya, dan sebagainya.
Adapun kenapa dikhususkan tiga hal tersebut saja? Jawabannya adalah karena tiga hal itu kebutuhan primer seorang yang selalu berkaitan dengan manusia yaitu rumah, istri, dan kendaraan.[16]

Demikianlah pembahasan yang dapat kami sajikan. Semoga bermanfaat.

Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi
(www.abiubaidah.com)


[1] HR. Bukhori: 2858 dan Muslim: 2225
[2] HR. Bukhori: 5095 dan Muslim: 2226
[3] HR. Ahmad 1/389, Abu Dawud: 3910, Tirmidzi: 1614, dan dishohihkan al-Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi 2/216.
[4] Diringkas dari Ahadits Aqidah karya Sulaiman bin Muhammad ad-Dubaikhi 1/115–129, Darul Bayan al-Haditsiyyah, cet. pertama 1422 H.
[5] Lihat Fathul Bari 10/213 oleh Ibnu Hajar, Ma’alim Sunan 4/236, 237, Ta‘wil Mukhtalifil Hadits hlm. 106 oleh Ibnu Qutaibah, Taisir Aziz Hamid hlm. 377 oleh Sulaiman bin Abdillah, al-Adab Syar’iyyah 4/7 oleh Ibnu Muflih.
[6] Lihat at-Tamhid 9/290 oleh Ibnu Abdil Barr.
[7] Lihat Syarh Ma’anil Atsar 4/314 oleh ath-Thohawi, Tahdzibul Atsar 1/31 oleh ath-Thobari, at-Tamhid 9/283 oleh Ibnu Abdil Barr, al-Ijabah li Irodi Mastadrokathu Aisyah ’ala Shohabah hlm. 128 oleh az-Zarkasyi, Silsilah Ahadits ash-Shohihah 1/727, 4/565 oleh al-Albani.
[8] Syarh Muslim 14/471
[9] HR. Abu Dawud: 3917, al-Bukhori dalam Adabul Mufrod: 918 dan dihasankan al-Albani dalam Shohih Sunan Abu Dawud 2/743.
[10] Ta‘wil Mukhtalifil Hadits hlm. 99 oleh Ibnu Qutaibah
[11] Lihat Miftah Dar Sa’adah 3/344 oleh Ibnul Qoyyim, Latho‘if Ma’arif hlm. 83 oleh Ibnu Rojab, Majmu’ Fatawa Ibnu Baz: 142, al-Majmu’ Tsamin oleh Ibnu Utsaimin 1/61.
[12] Diringkas dari risalah Ma’na Hadits asy-Syu’mu fi Tsalatsah oleh Dr. Muhammad bin Abdul Aziz al-Ali.
[13] Lihat risalah at-Tathoyyur oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan lihat kembali tulisan Ustadzuna Abu Nu’aim rahimahullah tentang masalah ini dalam Majalah Al Furqon Edisi 5/Th. III hlm. 23.
[14] Lihat Miftah Dar Sa’adah 2/320, Latho‘iful Ma’arif hlm. 71, al-Qoulus Sadid hlm. 18 oleh as-Sa’di, al-Qoulul Mufid 1/560 oleh Ibnu Utsaimin.
[15] Syarh Sunnah 9/13, 12/178–179
[16] Syarh Sunnah 9/14 oleh al-Baghowi, Faidhul Qodir 3/33 oleh al-Munawi.

Bacaan / do’a agar dicintai orang banyak


ﺍﷲ ﺍﻠﻜﺎﻔﻲ ﺮﺒﻨﺎ ﺍﻠﻜﺎﻔﻲ ﻘﺼﺪﻨﺎ ﺍﻠﻜﺎﻔﻲ ﻮﺠﺪﻨﺎ ﺍﻠﻜﺎﻔﻲ ﻠﻜﻞ ﻜﺎﻔﻲ ﻜﻔﺎﻨﺎ ﺍﻠﻜﺎﻔﻲ ﻮﻨﻌﻢ ﺍﻠﻜﺎﻔﻲ ﺍﻠﺤﻤﺪ ﷲ ﺍﻠﻠﻬﻢ ﻋﻄﻒ ﻗﻠﻮﺐ ﺍﻠﻌﺎﻠﻤﻴﻦ ﺒﺄﺴﺮﻫﺎ ﻋﻟﻲ ﻮﺍﻠﺒﺴﻧﻰ ﺍﻠﻗﺒﻮﻞ ﺒﺸﻠﻤﻬﺖ.

“ Alloohul Kaafi Robbunal Kaafii Qoshodnal Kaafii Wajadnal Kaafii Likullin Kaafii Kafaanal Kaafii Wa Ni’mal Kaafii Alhamdu Lillaahi Allaahumma ‘Aththif Quluubal ‘Aalamiina Bi_Asrihaa ’Alayya Wa Albisnil Qobuula Bisyalmahat “.

Artinya : “ Allaah Dzat yang Maha Mencukupkan, Robb kami yang Maha Mencukupkan, kami bermaksud kepada Dzat yang Maha Mencukupkan, kami temukan Dzat yang Maha Mencukupkan kepada setiap sesuatu yang mencukupkan telah mencukupkan kepada kami Dzat yang Maha Mencukupkan dan Dia-lah sebaik-baik Dzat yang Maha Mencukupkan, segala puji bagi Allaah, Ya Allaah condongkanlah semua  hati makhluk alam ini seluruhnya kepadaku, dan berilah pakaian penerimaan dengan ‘syalmahat’ “.
Keterangan :
Mahabbah ini sangat penting sekali bagi para pemimpin. Sebab seorang pemimpin itu tentu mengharapkan agar semua orang yang dipimpinnya tunduk dan patuh kepadanya. Akan tetapi apakah orang mau tunduk dan patuh tanpa ada rasa senang dan kecocokan terhadap pemimpinnya. Untuk itu mahabbah umum atau mahabbah agar dicintai oleh banyak orang ini selain bermanfa’at bagi setiap orang  terutama bermanfa’at bagi para pemimpin. Sebab dengan mengamalkan do’a mahabbah ini niscaya orang-orang akan mencintai serta menyayanginya. Mereka guyub bersatu padu ibarat pribahasa “ berat sama dipikul, ringan sama dijinjing “.
Doa Untuk Menjalin Cinta (Doa Mahabbah)
Oleh: Syamsuri Rifai

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللهُ لاَاِلَهَ إِلاَّ هُوُ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ. لاَتَأْخُذُهُ
سِنَةٌ وَلاَنَوْمٌ. لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ.
مَن ذَاالَّذِي يَشْفَعُ .... عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ. يَعْلَمُ مَا
بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ. وَلاَ يُخِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِن
عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَاشَآءَ. وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضَ. وَلاَيَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا. وَهُو الْعَلِيُّ الْعَظِيْم.

Bismillahir Rahmanir Rahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad

Allâhu lâilâha illâ Huwa. Al-Hayyul Qayyûm. Lâ ta’khudzuhu sinatuw wa
lâ naum. Lahû mâ fis samâwâti wa mâ fil ardhi. Man dzal ladzî yasyfa`u
`indahu illâ biidznih. Ya`lamu mâ bayna aydîhim. Wa mâ khalfahum wa lâ
yuhîthûna bisyay-in(m) min `ilmihi illâ bimâsyâ’. Wasi`a kursiyyuhus
samâwâti wal ardhi. Wa lâ yu’duhû hifzhuhumâ. Wa Huwal `Aliyyul
`Azhîm.

Catatan: Doa ini digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan oleh Allah
dan Rasul-Nya, misalnya untuk pasangan suami-isteri yang sudah mulai
hilang jalinan cintanya, atau untuk calon pasangan suami atau isteri
yang benar-benar berniat untuk dijadikan pasangan suami-isteri. Jangan
gunakan doa ini pada hal yang maksiat atau yang dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya.

Caranya:
Ayat ini (ayat Kursi, Al-Baqarah: 255) dibaca sebanyak 21 (dua puluh
satu) kali, selama 7 hari, ketika terbit fajar, menghadap ke kiblat,
sebelum berbicara dengan siapapun. Dan pada setiap membaca ayat
tersebut, sebutkan nama orang yang dikehendaki pada titik-titik di
antara kalimat tersebut. (Dikutip dari kitab Mujarrabat Imamiyah)

Kitab Mujarrabat Imamiyah adalah kitab kumpulan Amalan praktis dan doa-
doa pilihan serta rumus2 perhitungan, yang bersumber dari Ahlul bait
Nabi saw dan keturunannya. Telah banyak dipraktekkan oleh kaum
muslimin, tentu dengan penuh keyakinan dan dengan izin Allah swt,
mereka banyak yang berhasil.

Doa Mahabbah Surat Yaasin ayat 36

22 12 2010
36. Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Bagi laki – laki atau perempuan, yang sudah berumur dan belum mempunyai pasangan hidup, perbanyaklah membaca ayat diatas untuk dipertemukan dengan jodohnya.

0.000000 0.000000

INFOKAN ARTIKEL INI Via :


Doa Mahabbah Surat Ar Ra’d ayat 13

22 12 2010
31. Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia)[774]. Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
Apabila ingin dicintai oleh semua orang baik laki laki maupun perempuan atau lawan berganti menjadi kawan, maka  Surat Ar Ra’d ayat 13 mempunyai daya keampuhan yang tinggi untuk itu bila dibaca 7x (tujuh kali) lalu sebutlah nama orang yang dimaksud, insya allah akan berhasil.
0.000000 0.000000

INFOKAN ARTIKEL INI Via :


Doa Mahabbah Surat Yusuf ayat 4

21 12 2010
Mahabbah Surat Yusuf ayat 4, dibaca 3 kali shabis sholat fardhu, insya allah, orang akan sayang kepada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar