Minggu, 02 Maret 2014

Mengganti Nama yang Jelek dengan Nama yang Bagus



                Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata,
        أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُغَيِّرُ الِاسْمَ الْقَبِيحَ . (رواه الترمذي)
                "Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa mengganti nama yang jelek." (HR. At-Tirmidzi)[1]
[1] Sunan At-Tirmidzi/Kitab Al-Adab 'An Rasulillah/Bab Ma Ja`a fi Taghyir Al-Asma`/hadits nomor 2765. At-Tirmidzi menyebutkan perkataan Abu Bakar bin Nafi' Al-Bashri; Bisa jadi Umar bin Ali berkata dalam hadits Hisyam bin Urwah ini dari ayahnya dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam secara mursal, tanpa menyebut dari Aisyah.
Hadits ini dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi (2839), Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir (9125), Shahih At-Targhib wa At-Tarhib (1980), dan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (207).

                Dalam Tuhfatu Al-Ahwadzi, Syaikh Al-Mubarakfuri mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan "mengganti nama yang jelek," yaitu mengubahnya dengan nama yang bagus.
                Demikianlah kebiasaan Rasulullah, apabila beliau menjumpai orang yang namanya jelek atau nama yang mempunyai makna tidak baik, beliau ganti nama orang tersebut dengan nama lain yang bagus. Sebab, pada Hari Kiamat nanti kita semua akan dipanggil dengan nama kita dan nama orangtua kita. Itulah makanya, kita mesti mengganti nama-nama yang buruk dengan nama-nama lain yang bagus dan mempunyai makna yang baik. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
        إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ . (رواه أحمد وأبو داود والدارمي)
                "Sesungguhnya kalian akan dipanggil nanti pada Hari Kiamat dengan nama-nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka, perbaguslah nama-nama kalian." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ad-Darimi)[2]
[2] Musnad Ahmad/Kitab Musnad Al-Anshar/Bab BaqiHadits Abid Darda`/hadits nomor 20704, Sunan Abi Dawud/Kitab Al-Adab/Bab Fi Taghyir Al-Asma`/hadits nomor 4297, dan Sunan Ad-Darimi/Kitab Al-Isti`dzan/Bab Husn Al-Asma`/hadits nomor 2578, semuanya dari Abud Darda` Radhiyallahu Anhu.
Tentang hadits ini, Imam An-Nawawi mengatakan; sanadnya jayyid (Al-Adzkar/849). Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata; Dishahihkan Ibnu Hibban, rijalnya tsiqah, namun dalam sanadnya ada yang terputus (Al-Fath/syarah hadits noor 5725).

                Said bin Al-Musayyib menceritakan, bahwa kakeknya yang bernama Hazan pernah datang menemui Nabi. Lalu Nabi bertanya kepadanya, "Siapa namamu?" Dia menjawab, "Nama saya Hazan."[3] [3] Hazan, artinya sedih.
Nabi berkata, "Tidak, namamu adalah Sahal."[4] [4] Sahal, artinya mudah
Dia berkata, "Saya tidak akan mengganti nama yang telah diberikan oleh ayahku."
                Said bin Al-Musayyib meneruskan, "Setelah itu, dia selalu kelihatan seperti orang yang sedih di tengah-tengah kami."[5] [5] Lihat; Shahih Al-Bukhari/Kitab Al-Adab/Bab Taghyir Al-Asma` Ila Ahsana Minhu/hadits nomor 5725, Sunan Abi Dawud/Kitab Al-Adab/Bab Fi Taghyir Al-Asma` Al-Qabih/hadits nomor 4205, dan Musnad Ahmad/Kitab Baqi Musnad Al-Anshar/Bab Hadits Al-Musayyib bin Hazan/hadits nomor 22561.
                Dalam hadits di atas, ada beberapa poin yang bisa diambil hikmahnya. Pertama; Bahwa mengganti nama yang telah diberikan oleh bapak atau orangtua bukanlah suatu hal yang tabu atau suatu sikap yang dianggap tidak menghormati orangtua. Jika memang nama tersebut tidak bagus atau mempunyai arti yang tidak baik, entah dikarenakan ketidaktahuan orangtua atau sebab yang lain, maka tidak mengapa mengganti nama tersebut dengan nama yang lebih baik. Bahkan, demikianlah yang dicontohkan oleh panutan kita.
                Kedua; Nama juga bisa bermakna sebagai doa atau harapan. Apabila seseorang mempunyai nama yang bagus atau orangtua memberikan nama yang baik kepada anaknya, maka hal itu juga bisa bermakna sebagai doa atau harapan. Termasuk juga apabila orangtua memberikann nama bagi anaknya dengan nama-nama sahabat atau orang saleh, tentu dia berkeinginan agar anaknya dapat menjadi atau mendekati seperti nama yang disandangnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki nama yang jelek atau ada orangtua yang memberikann nama tidak bagus kepada anaknya, maka hal ini juga bisa menjadi sesuai kenyataan, sebagaimana nama yang disandang. Kasus yang terjadi pada kakek Said bin Al-Musayyib hanyalah satu contoh di antaranya. Masih ada sejumlah kasus lain lagi yang sebagiannya nanti akan kami sebutkan.
                Ketiga; Tidak diperbolehkannya bagi kita untuk mengabaikan apa yang telah dikatakan atau ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sebab, apa yang telah ditetapkan beliau bagi kita, maka itulah yang terbaik. Ketika Hazan menolak mengganti namanya dengan Sahal, maka dia pun merasakan akibat bantahannya terhadap Nabi. Dia menjadi orang yang selalu tampak sedih, atau dia selalu saja dirundung kesedihan. Hal seperti ini juga pernah terjadi pada seorang Arab Badui ketika dia sakit dan dijenguk oleh Nabi. Waktu itu, sebagaimana biasa, beliau mengatakan dan mendoakan bahwa sakitnya tidak berat dan akan segera sembuh. Tetapi, orang Badui itu malah mengatakan bahwa ia sakit keras, badannya sangat panas, dan penyakit itu dapat mengantarkan dirinya yang sudah tua ke liang kubur. Maka, tidak lama setelah itu, orang Badui itu pun meninggal.[6]
 [6] Lihat kisah ini di Shahih Al-Bukhari/Kitab Al-Mardha/Bab Ma Yuqalu Li Al-Maridh wa Ma Yujib/ hadits nomor 5230 beserta syarahnya dalam Fath Al-Bari
                Diriwayatkan juga, bahwa Juwairiyah Radhiyallahu Anha salah seorang istri Nabi, dulunya bernama Barrah,[7] [7] Barrah, artinya wanita yang taat atau wanita yang jujur. Nabi tidak menyukai nama ini, karena ia termasuk nama yang tidak disukai Allah. Sebab, itu adalah nama yang memuji dan menyucikan diri sendiri. Allah berfirman,
tûïÏ%©!$# tbqç7Ï^tGøgs uŽÈµ¯»t6x. ÉOøOM}$# |·Ïmºuqxÿø9$#ur žwÎ) zNuH©>9$# 4 ¨bÎ) y7­/u ßìźur ÍotÏÿøóyJø9$# 4 uqèd ÞOn=÷ær& ö/ä3Î/ øŒÎ) /ä.r't±Sr& šÆÏiB ÇÚöF{$# øŒÎ)ur óOçFRr& ×p¨ZÅ_r& Îû ÈbqäÜç/ öNä3ÏG»yg¨Bé& ( Ÿxsù (#þq.tè? öNä3|¡àÿRr& ( uqèd ÞOn=÷ær& Ç`yJÎ/ #s+¨?$# ÇÌËÈ  

"Maka janganlah kalian menyucikan diri kalian sendiri, Dia Mahatahu terhadap orang yang bertakwa." (An-Najm: 32). Jadi, nama-nama yang tidak baik tidak terbatas pada nama yang jelek atau mempunyai makna yang tidak baik saja. Namun, bisa juga ia nama yang bermakna terlalu berlebihan, sehingga Allah tidak menyukainya, seperti nama "Malik Al-Amlak" (Raja Diraja), misalnya.

kemudian diganti oleh beliau menjadi Juwairiyah. Nabi kurang suka jika dikatakan; bahwa beliau baru keluar dari rumah Barrah.[8]
[8] Lihat; Shahih Muslim/Kitab Al-Adab/Bab Taghyir Ism Al-Qabih Ila Hasan/hadits nomor 3989, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma. Dalam beberapa riwayat lain disebutkan, bahwa yang dulunya bernama Barrah, adalah Maimunah. Sedangkan riwayat lain lagi mengatakan Zainab Radhiyallahu Anhuma.


                Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma menceritakan, bahwa salah seorang anak perempuan Umar ada yang bernama Ashiyah[9]. [9] Ashiyah, artinya perempuan yang bermaksiat.
 Lalu nama tersebut diganti oleh Nabi menjadi Jamilah.[10] [10] Jamilah, artinya cantik.
 [11] [11] Shahih Muslim/Kitab Al-Adab/Bab Taghyir Ism Al-Qabih Ila Hasan/hadits nomor 3988.

                Imam Malik meriwayatkan, bahwa Umar bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu bertanya kepada seseorang, "Siapa namamu?" Dia menjawab, "Jamrah."[12] [12] Jamrah, artinya bara api/batu bara.
 Umar bertanya lagi, "Anak siapa?" Dia berkata, "Anak (bin) Syihab."[13] [13] Syihab, artinya cahaya api.
 Umar bertanya lagi, "Dari mana?" Dia berkata, "Dari Huraqah."[14] [14] Huraqah, artinya api yang membakar.
Umar masih bertanya, "Kamu tinggal di mana?" Dia berkata, "Di Harrat Nar."[15] [15] Harrat Nar, artinya perkampungan api.
Tanya Umar lagi, "Tepatnya di mana?" Dia berkata, "Di Dzat Lazha."[16] [16] Dzat Lazha, artinya inti api.
 Umar lalu berkata, "Kamu segeralah pulang. Lihatlah rumah dan keluargamu. Sesungguhnya mereka telah kebakaran!" Maka ketika dia sampai di rumahnya, ternyata rumahnya memang benar-benar telah terbakar, seperti yang dikatakan Umar.[17] [17] Al-Muwaththa`/Kitab Al-Jami'/Bab Ma Yukrahu Min Al-Asma`/hadits nomor 1541.

                Imam Abu Dawud berkata, "Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah mengganti nama Al-Ash, Aziz, Atalah, Syaithan, Al-Hakam, Ghurab, Hubab, dan Syihab, menjadi Hisyam. Beliau juga pernah mengganti nama Harb menjadi Salam, Al-Mudhthaji' menjadi Al-Munba'its, Afirah menjadi Khadhirah, Suku Adh-Dhalalah menjadi Suku Al-Huda, Bani Az-Ziniyah menjadi Bani Ar-Risydah, dan Bani Mughwiyah menjadi Bani Risydah." Selanjutnya Abu Dawud berkata, "Saya sengaja meninggalkan sanad-sanadnya supaya lebih ringkas."[18] [18] Lihat penjelasan Abu Dawud dalam Sunan-nya, Kitab Al-Adab/Bab Fi Taghyir Al-Asma` Al-Qabih/hadits nomor 4205.

*   *   *





Bisakah Doa Mengubah Takdir?
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum. Afwan, mau tanya. Apakah takdir bisa berubah dengan banyak berdoa?

Jawaban:
Pertanyaan semisal pernah diajukan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dengan redaksi, “Apakah doa memiliki pengaruh mengubah apa yang ditetapkan Allah kepada manusia sebelum terjadi?”
Maka beliau menjawab, “Tidak diragukan lagi, bahwa doa memiliki pengaruh untuk mengubah apa yang telah ditetapkan Allah. Akan tetapi, perubahan karena sebab doa itu pun sebenarnya telah ditetapkan Allah sebelumnya. Janganlah engkau mengira bahwa apabila engkau telah berdoa, berarti engkau meminta sesuatu yang belum ditetapkan. Akan tetapi, doa yang engkau panjatkan itu hakikatnya telah ditetapkan dan apa yang terjadi karena doa tersebut juga telah ditetapkan.
Oleh sebab itu, terkadang kita menjumpai seseorang yang mendoakan kesembuhan untuk  orang sakit, kemudian sembuh. Dan juga kisah sekelompok sahabat yang diutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam singgah bertamu di suatu kaum, tetapi kaum tersebut tidak mau menjamu mereka. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menakdirkan seekor ular menyengat pemimpin mereka. Lalu mereka mencari orang yang bisa membaca doa kepadanya agar sembuh. Kemudian para sahabat mengajukan persyaratan upah tertentu untuk membacakan doa kesembuhan kepadanya. Kemudian mereka (kaum) memberikan sepotong kambing, maka berangkatlah salah seorang dari sahabat untuk membacakan al-Fatihah untuknya. Maka, hilanglah racun tersebut seperti unta terlepas dari ikatannya. Maka, bacaan doa tersebut berpengaruh menyembuhkan orang yang sakit.
Dengan demikian, doa memiliki pengaruh, namun tidak mengubah ketetapan Allah. Akan tetapi kesembuhan tersebut telah tertulis dengan lantaran doa yang juga telah tertulis. Segala sesuatu terjadi karena ketentuan Allah, begitu juga segala sebab memiliki pengaruh terhadap musabbab (akibat)-nya dengan kehendak Allah. Semua sebab telah tertulis dan semua hal yang terjadi karena sebab itu juga telah tertulis.” (Lihat Majmu Fatawa wa Rasa’il Ibnu Utsaimin, 2/71





Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji hanya milik Allah azza wa jalla ,dengan limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya lah, artikel ini dapat dipublikasikan dalam blog ini, ..yang insya Allah bermanfaat bagi kita semua,..dan tak lupa sholawat dan salam selalu tercurah kepada uswathun hasanah kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarga ,sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah dijalan Allah swt sampai akhir zaman amin.
Alhamdulillah,…pada kesempatan kali ini penulis ingin berbagi resensi buku, tidak bermaksud menggurui ,akan tetapi hanya ingin berbagi ilmu,sharing terutama saling nasehat-menasehati dalam kebaikan dan taqwa insya Allah, dimana hasil resensi buku kali ini mengupas tentang sekilas Risalah Do’a…yang saya resensi dari buku yang dikarang oleh Ust.Labib Mz & Ust.Moh.Ridho’ie semoga Allah meridhoi mereka amin..,
Berdo’a merupakan bagian dari hidup kita, tidak bisa dipungkiri siapapun ia akan berdo’a secara tidak langsung ataupun langsung ketika mendapat kesulitan atau ada keinginan…namun seringkali kita bingung ketika do’a kita belum dikabulkan,.dan lain sebagainya ,…oleh karena itu ,pada resensi kali ini kita akan menjelaskan tentang Risalah Do’a terdiri dari poin penting antara lain ;mengapa manusia harus berdo’a ?,Rahasia terkabulnya do’a, sebab-sebab do’a tidak diterima Allah swt, dan waktu-waktu mustajab untuk berdo’a….menarik bukan.!!…insya Allah kita bahas satu persatu poin diatas semoga bermanfaat!!,

ok,…langsung aja yaa
1.Mengapa Manusia Harus Berdo’a ?
Sesungguhnya pada diri manusia itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan ia harus berdo’a, diantaranya yaitu :
Pertama, karena panggilan jiwanya ,
dalam hal ini dapat dibuktikan ketika Nabi Adam as dan istrinya Hawa terkena bujuk rayu iblis untuk memakan buah larangan Allah yaitu buah khuldi, dan kepada mereka Allah swt berfirman yang artinya :
“Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
(QS.Al A’raaf :22)
seperti mendapat peringatan dari Allah seperti itu keduanya langsung bertaubat dan memohon ampun kepada Allah swt dengan do’a sebagai berikut :

“Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (QS.Al A’raaf :23)

Berdasarkan firman Allah diatas ,maka jelaslah bahwa ketika Nabi Adam as, beserta istrinya Hawa melakukan kesalahaan, seketika itu juga keduanya memanjatkan do’a kepada Allah untuk memohon ampunan dosanya dan diberikan rahmat kepadanya. Dan berdasarkan itu pula maka jelaslah bahwa berdo’a itu adalah merupakan panggilan jiwa manusia itu sendiri.

Kedua, karena kesulitan atau menghadapi marabahaya yang dahsyat,

dengan begitu maka pastilah manusia iu akan berdo’a kepada Allah swt agar dihindarkan dari segala kesulitan dan marabahaya tersebut. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya:

“Dan apabila manusia ditimpa oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertobat kepada-Nya..”.(QS. Ar-Ruum :33)

Firman Allah di atas dengan tegas menyatakan ,bahwa apabila kesulitan dan marabahaya telah menimpa umat manusia ,ia akan berdo’a memohon pertolongan kepada Allah swt dengan segala macam cara yang dapat dilakukannya.

Ketiga, karena Allah swt memerintahkan kepada umat manusia untuk berdoa kepada-Nya ,

sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam firman-Nya yang artinya sebagai berikut :

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS.l-Mu’min :60)

Ayat diatas dengan tegas menyatakan bahwa Allah swt telah memerintahkan kepada umat manusia agar berdo’a kepada-Nya. Dan hal ini adalah merupakan peraturan Allah ,yang harus dipatuhi oleh seluruh umat manusia.

Keempat, karena manusia itu sendiri diciptakan oleh Allah swt dalam keadaan lemah.

Sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam firman-Nya sebagai berikut :

“Dan manusia diciptakan bersifat lemah”.(QS.An-Nissa’ :28.’)

Berdasarkan firman Allah swt diatas maka jelaslah ,bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah .Karenanya ,maka ia sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan dari Allah swt apabila ia kedatangan musibah atau bencana yang sangat dahsyat.Seperti kedatangan banjir bah, kedatangan angin puyuh,dan lain sebagainya .Dari segala kejadian diatas ,manusia tidak sanggup untuk menghadapinya dan tidak ada satu pun kekuatan yang dapat menolongnya atau mengeluarkan dari semuanya itu selain daripada Allah azza wa jalla, Dzat yang telah menciptakan dan mengatur semua itu menurut kehendak-Nya.Dalam hal ini Allah swt berfirman :

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring duduk atau berdiri”. (QS.Yunus :12)

2.Rahasia Terkabulnya Do’a

Setelah kita mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan manusia itu harus berdo’a kepada Allah swt, untuk selanjutnya marilah kita ungkap rahasia terkabulnya do’a. Dimana setiap umat manusia yang berdo’a pasti mengharapkan agar do’anya itu dikabulkan oleh Allah swt sehingga apa yang di inginkannya itu cepat tercapai.

Sementara itu, ada do’a yang dilakukan secara bersama-sama, seperti ketika selesai mengerjakan shalat berjamaah, setiap selesai acara atau walimah, dan ada pula yang dilakukan secara sendiri-sendiri, seperti do’a dalam shalat tahajjud,do’a dalam shalat hajat dan lain-lain.

Ibarat membuka pintu ,maka kita harus mencari kunci yang benar. Jangan asal kunci dimasukkan, karena bisa-bisa tidak cocok ,sehingga keinginan untuk membuka pintu dengan mudah itu sulit tercapai. Pintu bisa dibuka dengan mudah ,asal dengan kunci yang sesuai .Dan sekarang ,kita tinggal mencari kunci yang sesuai tersebut.

lalu apa Kuncinya ?


Nah!, untuk mendapat kunci yang sesuai, marilah kita renungi arti dan makna yang terkandung dalam firman Allah swt sebagai kunci terkabulnya setiap do’a sebagai berikut ;

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS.Al-Baqarah : 186)

Jika kita merenungi dan memahami makna yang terkandung dalam firman Allah swt tersebut diatas, maka kita akan menemukan 5 Untaian Kunci Rahasia Terkabulnya Do’a yang tersusun sebagai berikut :

a. “Aku (Allah ) adalah dekat”. –(maksudnya: Allah sangat dekat -pen)-,ini berarti kita harus berlaku Ihsan
b.”Aku (Allah) kabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepada-Ku”., ini berati kita harus
Khusyu’
c.”Hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku”., ini berarti kita harus
Taqwa
d.”Hendaklah mereka beriman kepada-Ku”., ini berarti kita harus
Yaqin
e.”Agar mereka berada dalam jalan yang lurus”., ini berarti kita harus
Berjihad (berjuang dengan sungguh-sungguh).

Penjelasan 5 Kunci Rahasia Terkabulnya Do’a
a. Ihsan

Rasulullah saw bersabda ;

.”…. Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau…”.(HR. Muslim).

Makna Ihsan
Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas karena Allah, adapun selebihnya adalah kesempurnaan ihsan. Kesempurnaan ihsan meliputi 2 keadaan:

1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktifitasnya, kedudukan yang lebih tinggi lagi.
2. Maqom Musyahadah yaitu senantiasa memperhatikan sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-sifat tersebut.

kesimpulannya, Orang yang Ihsan adalah orang yang berhati baik, baik dalam perkataan dan perbuatan .Segala sesuatunya selalu disertai dengan niat yang baik pula. Jadi, orang yang ihsan bila berdo’a kepada Allah swt, ia merasa dirinya dekat kepada Allah swt, menyampaikan permohonannya secara langsung dengan kata-kata yang tersusun baik.Dalam pada itu ia tidak mempunyai pemikiran lain melainkan Allah swt semata yang terlihat di dalam hati sanubarinya dan do’a orang yang ihsan benar-benar ditujukan kepada Allah swt ,Allah swt selalu mengabulkan setiap do’a hamba yang memohon kepada-Nya.

b.Khusyu’
Khuyu’ adalah memusatkan pikiran secara maksimal kepada Allah swt. Disamping pikiran terpusat dan tetap kehadirat Ilahi Robbi semata-mata, kita juga harus mendengarkan perkataan lisan dan suara hati kita dengan seksama serta memperhatikan pula kepada maksud dan tujuannya.
Karena, jika kita sendiri tidak mau memperhatikan dan mendengarkan apa yang kita ucapkan sebagai permohonan yang telah kita panjatkan, maka bagaimana mungkin Allah swt mau mendengarkan apalagi mengabulkan do’a kita itu ?.Do’a seperti itu seolah-olah main-main saja.Karena itu, suatu do’a yang dipanjatkan dengan cara yang tidak bersungguh -sungguh tidak akan dikabulkan oleh Allah swt.Dan Allah swt tidak akan pernah mengabulkan do’a orang yang sikapnya hanya main-main saja.

“Berdo’alah kepada Allah dengan keyakinan bahwa do’a kalian itu akan dikabulkan oleh-Nya.Dan ketahuilah bahwasanya Allah tidak mengabulkan do’a yang timbul dari hati yang hampa (tidak bersungguh-sungguh).( HR.Turmudzi,Hakim,dan Ibnu Majah)

c.Taqwa
Orang yang bisa berada disisi Allah adalah orang yang taqwa ,karena orang yang bertaqwa itu selalu tunduk dan patuh terhadap kehendak Allah swt.Baik kehendaknya itu berupa taqdir maupun berupa perintah atau larangan. Sebgaimana yang telah dinyatakan dalam firman-Nya:

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya..” (QS.Ath-Thalaq :2-3)

Berdasarkan firman Allah diatas maka jelaslah, bahwa Allah akan mengabulkan setiap do’a orang yang memenuhi segala perintah-Nya, yaitu segala apa yang telah dikehendaki oleh Allah swt yaitu menjalani hidup dengan taqwa.

d.Yaqin
Firman Allah yang dimaksud dengan ” Hendaklah mereka beriman kepada-Ku” adalah menghendaki supaya kita yaqin dan menghilangkan keragu-raguan dari lubuk hati yang paling dalam untuk tidak mengenal putus asa.Berdo’alah setiap selesai sholat baik fardhu maupun sunnah.Lakukanlah dengan penuh semangat, tidak mengenal lelah dan bosan.Jangan berhenti ditengah jalan, melainkan berdo’alah terus dengan harapan bahwa do’a itu akan terkabulkan.
Berhenti ditengah jalan adalah merupakan putus asa dan perbuatan yang sia-sia.Sedangkan putus asa itu sendiri telah mengandung pengertian memutuskan hubungan dengan Dzat yang Mengabulkan segala do’a.Sebab itu, yakinlah dan berpegang teguhlah dengan kebulatan tauhid.Jangan memutuskan hubungan dengan Allah azza wa jalla.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“Berdo’alah kepada Allah dengan keyakinan bahwa do’a kalian itu akan dikabulkan oleh-Nya.Dan ketahuilah bahwasanya Allah tidak mengabulkan do’a yang timbul dari hati yang hampa (tidak bersungguh-sungguh).( HR.Turmudzi,Hakim,dan Ibnu Majah)

e. Berjihad
Yang dimaksud dengan jihad disini adalah kerja keras memeras keringat dan membanting tulang untuk mendapatkan sesuatu atau diarahkan kepada bekerja keras untuk beramal shalih atau beramar ma’ruf nahi mungkar.

” Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.(QS.Ar-Ra’d :11)

Berdo’a saja tanpa dibarengi dengan usaha dan ikhtiar adalah salah besar dan bekerja saja tanpa dibarengi dengan do’a adalah keliru.karena banyak kemungkinan apa yang didapatkan itu keluar dari jalan yang tidak diridhoi oleh Allah swt.

Sumber dikutip dari Buku : Risalah Do’a dalam Al-Qur’an & Hadis oleh Ust.Labib Mz & Ust.Moh.Ridho’ie
Untuk sementara saya cukupkan sampai disini,…semogaa bermanfaat…insya Allah di lain kesempatan kita sambung kembali…….ok

NB:Jika artikel ini bermanfaat,..silakan memberikan masukan/ koment,.demi penyempurnaan artikel ini, Bagi yang mau komentar,walaupun blum ada blog ,Cukup ISIKAN NAMA dan EMAIL,..lalu posting komentnya…

” Semakin Anda memberi komentar dan opini, maka ..akan semakin sempurna kualitas artikel ini”






Doa dilindungi dari rupa-rupa penyakit
ALLAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MINAL BARASHI WAL JUNUUNI WAL JUDZAANI WA SAYYI’IL ASWAAMI
اللهم انّى أعوذبك من البرصى و الجنون و الجذان وسيّع الأسوامى


Arti dari doa dilindungi dari rupa-rupa penyakit
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari penyakit celup, penyakit gila, penyakit kusta dan penyakit-penyakit buruk lainnya.”

Doa apabila melihat orang yang mengalami cobaan


Doa apabila melihat orang yang mengalami cobaan Kumpulan Doa Islami Muslim Agama Islam Koleksi Religius Religi Umat Lengkap Terbaru Update Ayat Suci Bacaan Dan Artinya Dzikir Makna Kandungan


Arti dari doa apabila melihat orang yang mengalami cobaan

“Segala puji bagi Allah Yang menyelamatkan aku dari sesuatu yang Allah memberi cobaan kepadamu. Dan Allah telah memberi kemuliaan kepadaku, melebihi orang banyak.”









Doa untuk menolak gangguan setan
Doa Untuk menolak Setan Kumpulan Doa Islami Muslim Agama Islam Koleksi Religius Religi Umat Lengkap Terbaru Update Ayat Suci Bacaan Dan Artinya Dzikir Makna Kandungan
Arti dari doa untuk menolak gangguan setan
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, yang tidak akan diterobos oleh orang baik dan orang durhaka, dari kejahatan apa yang diciptakan-Nya, dari kejahatan apa yang turun dari langit dan yang naik ke dalamnya, dari kejahatan yang tumbuh di bumi dan yang keluar daripadanya, dari kejahatan fitnah-fitnah malam dan siang, serta dari kejahatan-kejahatan yang datang (di waktu malam) kecuali dengan tujuan baik, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.”

Do'A Singgah Di Satu Tempat Yang Seram Atau Menempati Rumah Baru
"Siapa yang singgah di suatu tempat, lalu ia membaca: A'udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya), maka tak ada sesuatupun yang membahayakannya sehingga ia beranjak dari tempatnya tersebut." (HR. Muslim)
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A'udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq
"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya."

 

 

 

Apa Doa Saat Menempati Rumah Kontrakan Baru?

Assalam 'alaikum Wr. Wb.
Adakah doa yang disunnahkan untuk dibaca saat menempati tempat tinggal baru? Saya dan keluarga sering berpindah-pindah tempat tinggal, karena kami masih mengontrak (belum punya rumah sendiri). Jazakumullah khairan.
Nur Laila - Bekasi
_____________
Oleh: Ust. Badrul Tamam
Wa'alaikum salam Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang menganugerahkan kepada kita berbagai nikmat-nikmat-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Kami mengajak untuk tetap bersyukur atas karunia Allah dan nikmat-nikmat-Nya yang tak bisa dihitung satu persatunya karena saking banyaknya. Apapun kondisi kita, walau belum punya rumah sendiri, masih mendapatkan banyak nikmat, yang terbesar dan teraggung nikmat din (iman dan Islam). Terlebih kalau kita perhatikan, banyak orang yang untuk mengontrak saja tidak mampu, sehingga mereka lebih memilih tinggal di pinggir jalan, kolong jembatan, atau tempat lainnya. Dan semoga Allah memberikan kelapangan rizki sehingga bisa membeli rumah sendiri, karena salah satu unsur kebahagiaan hidup di dunia adalah memiliki tempat tinggal yang lapang.
Siapa yang menempati rumah baru, maka disunnahkan untuk berdoa saat memulai untuk menempatinya, yaitu:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A'udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq
"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya." (Kandungan doa ini sudah dijelaskan pada tulisan: Doa Saat Singgah di Satu Tempat Dalam Perjalanan atau Lainnya)
Hal itu seperti yang diriwayatkan Imam Muslim, dari Khaulah binti Hakim Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: AKu mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam  bersabda:
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
"Siapa yang singgah di suatu tempat, lalu ia membaca: A'udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya) maka tak ada sesuatupun yang membahayakannya sehingga ia beranjak dari tempatnya tersebut." (HR. Muslim)
Hadits ini mencakup tinggal dengan niatan untuk meninggalkannya (mampir/singgah) seperti musafir (orang dalam perjalanan), begitu juga berlaku bagi orang yang menempati satu rumah untuk bermukim (tinggal) di situ, baik itu milik sendiri atau bukan.
Begitu juga dianjurkan untuk membaca:
 اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ الْمَوْلَجِ وَخَيْرَ الْمَخْرَجِ بِسْمِ اللَّهِ وَلَجْنَا وَبِسْمِ اللَّهِ خَرَجْنَا وَعَلَى اللَّهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikan rumah yang aku masuki dan kebaikan rumah yang aku tinggalkan, dengan menyebut Nama Allah aku masuk dan dengan menyebut nama Allah aku keluar dan kepada Allah, Rabb kami, kami bertawakkal." ((HR. Abu Dawud no. 4432, al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir no. 3378. al-Albani mensahihkan sanadnya dalam as-Shahihah no. 225 dan dinilainya sahih dalam Sahih al-Jami’ no. 839, namun dilemahkan olehnya dalam Dha’if Sunan Abi Dawud no. 1086, sedangkan Abdul Qadir al-Arna’uth menghasankannya, sebagaimana dalam Raudhat al-Muhadditsin no. 4579. Disebutkan juga oleh Imam Nawawi dalam Al-Adzkarnya, no. 58, beliau mengatakan sebagai hadits hasan)
Atau membaca basmalah (Bismillah) saat memasukinya, seperti yang ditunjukkan oleh hadits berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ
"Dari Jabir bin Abdullah bahwa dia mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila seseorang hendak masuk rumahnya kemudian dia berzikir kepada Allah ketika masuk dan ketika akan menyantap makanan maka syaitan akan mengatakan -kepada pengikutnya-, ‘Kalian tidak bisa tidur di sini dan tidak pula mendapatkan bagian makanan’. Kemudian apabila dia memasuki rumahnya namun tidak berzikir kepada Allah ketika masuknya maka syaitan akan berkata, ‘Kalian bisa menginap malam ini’. Dan apabila dia tidak berzikir kepada Allah ketika menyantap makanan maka syaitan akan mengatakan, ‘Kalian bisa menginap dan makan di sini.’.” (HR. Muslim)
Hanya saja kedua dzikir/doa di atas tidak khusus saat memasuki rumah untuk pertama kali, tapi dibaca oleh seseorang setiap ingin memasuki rumanya sesudah bepergian. Juga dianjurkan untuk membacakan Al-Qur'an di rumah tersebut, khususnya surat al-Baqarah untuk mengusir syetan dan melindungi rumah dari gangguan mereka.
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
"Jangan kadikan rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya syetan lari dari rumah yang dibacakan surat al-Baqarah di dalamnya."
Semua yang dijelaskan di atas tidak ada bedanya, baik rumah tersebut miliknya sendiri atau bukan seperti ngontrak, menyewa, dipinjami. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar